Jumat, 21 Juni 2013

Single-Phase Inverter

ELKTRONIKA DAYA

”SINGLE-PHASE INVERTER”

DOSEN:

ANDI PAWAWOI, M.T

clip_image002

KELOMPOK 2

RIKY JAPUTRA 0810952086

NURHANDINI 1110953003

PRIANDIKA 1110953005

NURUL ANNISA 1110953013

FIKKY SYOFYAN 1110953025

MISYE ADRIANDA 1110953035

 

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2013

 

HAL YANG AKAN DIBAHAS:

8-3 INVERTER FASE TUNGGAL

• 8-3-1 INVERTER HALF-BRIDGE (FASE TUNGGSAL)

• 8-3-2 INVERTER FULL-BRIDGE (FASE TUNGGAL)

8-3-2-1 PWM DENGAN PERUBAHAN TEGANGAN BIPOLAR

8-3-2-2 PWM DENGAN UNIPOLAR VOLTAGE SWITCHING

8-3-2-3 OPERASI GELOMBANG PERSEGI

8-3-2-4 OUTPUT CONTROL DENGAN PEMBATALAN TEGANGAN

8-3-2-5 PEMAKAIAN SAKLAR PADA INVERTER JEMBATAN PENUH

8-3-2-6 RIPEL PADA OUTPUT INVERTER SATU FASA

• 8-3-3 PUSH-PULL INVERTER

• 8-3-4 PEMAKAIAN SAKLAR PADA INVERTER SATU FASA

 

8-3-1 INVERTER HALF-BRIDGE (FASE TUNGGSAL)

Gambar dibawah menunjukkan inverter setengah jembatan. Disini, dua kapasitor yang sama disambung seri memotong dc masuk dan simpangannya terletak pada potensial tengah, dengan tegangan 1/2Vd melalui tiap kapasitor. Kapasitas yang cukup besar harus digunakan karena layak untuk mengasumsi bahwa potensial pada titik o tetap dc negative berarti N. Oleh karena itu sirkuit ini identik pada inverter one-leg dasar yng didiskusikan pada detail sebelumnya, dan vo = vAo .

Pada inverter half-bridge, puncak tegangan dan arus dihitung pada perubahan seperti berikut :

VT = Vd

dan

IT = io

clip_image0028-3-2 INVERTER FULL-BRIDGE (FASE TUNGGAL)

Inverter full-bridge ditunjukkan pada gambar. Inverter ini terbagi dua inverter one-leg dari tipe yang telah didiskusikan pada bagian 8-2 dan diutamakan lebihdari pengaturan lain pada tingkat tenaga yang lebih tinggi. Dengan tegangan dc masukan yang sama, tegangan keluaran maksimum inverter full-bridge adalah dua kali dari inverter half-bridge. Ini menyiratkan bahwa untuk tenaga yang sama, arus keluaran dan perubahan arus adalah satu-setengah dari keduanya untuk inverter half-bridge.

clip_image0048-3-2-1 PWM dengan Perubahan Tegangan Bipolar

Pada gambar full-bridge, saklar yang berlawanan secara diagonal (TA+, TB-) dan (TA -, TB+). Dengan tipe pensaklaran PWM ini, bentuk gelombang tegangan keluaran dari leg A dimana gelombang keluaran ditentukan dengan membandingkan tegangan control dengan tegangan trigger seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini:

Ketika saklar TA+ di on kan dan Vao

adalah sebanding dengan ½ Vd,

ketika TB- di on kan

dan VBo = - ½ Vd,

sehingga dapat ditulis :

VBo (t) = - VAo (t)

Vo (t) = VAo (t) - VBo (t) = 2 VAo (t)

clip_image006

Inverter dengan Fictious filter

Jika beban seperti yang ditunjukkan pada gambar, dimana eo adalah gelombang sinus dengan frekuensi 1, arus keluaran akan berbentuk sinusoidal dan akan mendahului tegangan untuk bebabn induktif, seperti pada motor ac :

clip_image008

Pada sisi dc, filter L-C akan memfilter frekuensi switching tinggi pada id, dan d akan hanya terdiri dari frekuensi rendah dan komponen dc. Dengan mengasumsikan tidak ada energi yang disimpan pada filter,

clip_image010

clip_image012

clip_image014

clip_image016

Arus input inverter id terdiri dari io* dan komponen frekuensi tinggi karena inverter diswitching, seperti ditunjukkan oleh gambar dibawah :

clip_image018

8-3-2-2 PWM dengan Unipolar voltage switching

Pada PWM dengan unipolar voltage switching ditunjukkan pada gambar 8-11. Disini, kaki A dan B dari inverter jembatan penuh dikontrol secara terpisah dengan membandingkan tegangan control dengan tegangan trigger, seperti yang ditunjukkan pada gambar 8-15 (a), perbandingan dari tegangan control dengan triangular wave form untuk mengontrolsaklar pada kaki A :

Vcontrol> Vtri , TA+ on dan VAN = Vd

Vcontrol< Vtri , TA- on dan VAN = 0

Untuk mengontrol pensaklaran leg B , -Vcontrol dibandingkan dengan triangular waveform :

-Vcontrol > Vtri, TB+ on dan VBN = Vd

-Vcontrol < Vtri, TB- on dan VBN = 0

clip_image020

clip_image022

ARUS DC-SIDE Id

Pada kondisi yang sama pada rangkaian di gambar fictious filter untuk PWM dengan bipolar voltage switching, gambar 6 menunjukan arus dc-side id dari PWM unipolar voltage-switching, dimana mf = 14 (sebagai ganti dari mf = 15 pada bipolar voltage-switching).

Dengan membandingkan gambar 8-14 dan 8-16, jelas terlihat bahwa menggunakan PWM dengan unipolar voltage switching menghasilkan riple yang kecil pada arus di dc-side dari inverter.

clip_image024

clip_image026

8-3-2-3 Operasi Gelombang Persegi

Inverter jembatan penuh dapat juga beroperasi pada model gelombang persegi. Kedua tipe PWM yang dibahas sebelumnya mengalami penurunan ke operasi model gelombang persegi yang sama, dimana saklar-saklarnya (TA+, TB-) dan (TB+, TA-) beroperasi sebagai dua pasang dengan duty ratio 0.5.

Magnitud tegangan keluaran yang diberikan berikut diatur dengan mengontrol tegangan input dc :

clip_image028

8-3-2-4 OUTPUT CONTROL DENGAN PEMBATALAN TEGANGAN

Tipe control ini mungkin hanya pada satu fasa, rangkaian inverter jembatan penuh. Ini didasarkan pada kombinasi dari pensaklaran gelombang persegi dan PWM dengan unipolar voltage-switching. Pada rangkaian di gambar 8-17a, saklar-saklar pada kedua kaki inverter dikontrol secara terpisah.Tapi semua saklar mempunyai duty ratio 0.5, sama dengan square-wave control. Hasil dalam bentuk gelombangnya untuk VAN dan VBN terlihat pada gambar 8-17b.

clip_image030

8-3-2-5 PEMAKAIAN SAKLAR PADA INVERTER JEMBATAN PENUH

Sama dengan inverter ½ jembatan penuh, jika trafo dipakai pada output dari inverter jembatan penuh, induktansi bocor trafo tidak akan membuat saklar bermasalah.

Tegangan puncak switching dan rating arus yang ada pada inverter jembatan penuh adalah sebagai berikut :

clip_image032

dan

clip_image034

8-3-2-6 RIPEL PADA OUTPUT INVERTER SATU FASA

Riple pada gelombang yang berulang mengacu pada perbedaan nilai sesaat dari gelombang dan komponen frekuensi dasar.

semua riple di v0 terlihat bersebrangan dengan L dimana :

clip_image036         (8-41)

Untuk riple arus output dapat dihitung dengan :

clip_image038 (8-42)

dimana k adalah konstanta dan adalah variabel dari integral.

Gambar 8-18a memperlihatkan inverter switch-mode satu fasa

Gambar 8-18 inverter satu-fasa: (a) circuit; (b) komponen frekuensi-dasar; (c) komponen ripple frekuensi; (d) diagram fasor –frekuensi-dasar.

Dengan menset waktu asli t=0, konstanta k pada persamaan 8-42 akan nol. Oleh karena itu, persamaan 8-41 dan 8-42 memperlihatkan bahwa arus riple tidak bergantung pada daya yang ditransfer ke beban.

clip_image040

8-3-3 Push-Pull Inverter

Gambar 8-20 memperlihatkan rangkaian push-pull inverter. Rangkaiannya terdiri dari trafo dengan primer center-tapped. Kita asumsikan arus output i0 mengalir secara kontinu. Dengan asumsi itu, ketika saklar T1 on (dan T2 off), T1 akan konduk pada nilai positif dari io, dan D1 akan konduk pada nilai negatif dari i0.

clip_image042

clip_image044

clip_image046

Keuntungan dari rangkaian push-pull adalah tidak lebih dari satu saklar yang seri konduk pada waktu yang sesaat. Ini penting jika dc input ke konverter berasal dari sumber tegangan yang rendah, seperti baterai, dimana drop tegangan akan menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam efesiensi energi. Bagaimanapun, sangat sulit untuk menghindari saturasi dc dari trafo pada push-pull inverter.

clip_image048

8-3-4 Pemakaian Saklar pada Inverter Satu Fasa

Asumsikan bahwa Vd,max adalah nilai tertinggi dari tegangan input, jika arus output diasumsikan sinusoidal murni, inverter rms volt-ampere output pada frekuensi dasar sama dengan Vo1 Io,max pada rating maksimum output. Dengan VT dan IT sebagai rating arus dan tegangan puncak dari saklar, kombinasi pemakaian dari semua saklar pada inverter dapat dijelaskan :

clip_image050

Dimana q adalah jumlah saklar pada inverter.

Untuk membandingkan pemakaian saklar pada bermacam inverter satu fasa, kita pada awalnya akan membandingkannya untuk operasi mode gelombang persegi pada rating maksimum output. (pemakaian saklar maksimum terjadi saat Vd = Vd,max)

clip_image052

Dalam prakteknya, rasio pemakaian saklar akan lebih rendah dari 0.6. Hal ini dikarenakan :

1. Rating saklar dipilih secara bebas menghasilkan batas yang aman.

2. Dalam menentukan rating arus saklar pada PWM inverter, salah satunya harus didasarkan pada tegangan dc input yang sesuai.

3. Riple arus output akan mempengaruhi rating arus saklar.

clip_image054

Oleh karena itu, teoti rasio pemakaian saklar maksimum pada PWM switching adalah hanya 0.125 saat ma = 1, sebagaimana dibandingkan dengan 0.16 pada inverter gelombang persegi.

Mikrofon & Speaker

DASAR TELEKOMUNIKASI

Mikrofon & Speaker

clip_image002

Dosen: Fitrilina. ST, MT

Nama: PRIANDIKA

No Bp: 1110953005

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2013

Mikrofon

cara kerja mikrofon dibagi menjadi :

Mikrofon Dinamik

Mikrofon Dinamik atau kalau dalam bahasa Inggrisnya Dynamic Microphone adalah mikrofon yang bekerjanya di dalamnya ada membran dimana tersambung dengan coil yang nantinya bergerak, oleh karena itu mikrofon dinamik ini mempunyai sebutan lain yaitu moving-coil mic.

Udara yang terjadi akibat dari suara, katakanlah disini dari suara orang, nah itu nanti ditangkap oleh membran yang ada, dan kemudian membran tersebut bergetar. Kemudian getarannya ini diteruskan kepada coil yang terdapat disitu sehingga coil tersebut bergerak maju mundur. Yang pada akhirnya akan menghasilkan energi listrik. Atau kalau kita lihat gambarnya dibawah ini, adalah sebagai berikut.

clip_image004

Kayanya untuk detailnya kita biarkan saja ini lebih ke orang tekniknya saja. Kita kan hanya ingin menggunakan mikrofonnya dengan benar tho? Bukan hendak membuat mikrofon. Jadi detailnya biarkan saja, teman-teman juga bisa mencari di google untuk detail teknis mengenai mikrofon ini.

Mikrofon dinamik ini termasuk kuat dan tahan, oleh karena itu banyak digunakan untuk aplikasi live. Namun karena mikrofon ini juga dapat menghasilkan sound yang baik dan tidak hanya kuat, maka mikrofon ini juga banyak digunakan untuk keperluan recording.

Mikrofon Kondenser

Untuk mikrofon kondenser ini kita ngga terlalu masuk ke hal teknis lagi ya, karena saya juga bingung. Intinya kan kita tidak untuk menjadi seorang pembuat mikrofon, kita perlu untuk tahu cara kerjanya saja. Sehingga bisa maksimal nantinya. Nah mikrofon kondenser ini membutuhkan daya listrik untuk bisa bekerja. Dan mikrofon kondenser ini sangat jauh lebih sensitif ketimbang mikrofon dinamik. Juga kurang tahan kalau dipakai untuk live, oleh karena itu lebih sering mikrofon ini digunakan untuk keperluan recording.

Mikrofon Ribbon

Mikrofon Ribbon adalah mikrofon yang menggunakan sejenis pita didalamnya. Mikrofon ini teman-teman harus sangat berhati-hati karena kalau teman-teman menggunakan mikrofon ini dan sempat memencet tombol Phantom Power di mixer tersebut, maka mikrofon ini bisa rusak. Nah untuk inilah kita perlu untuk mengerti cara menggunakan mikrofon tersebut, sehingga kita bisa menggunakannya dengan maksimal dan menghindari terjadinya kerusakan pada mikrofon. Sound yang dihasilkan oleh mikrofon ini cenderung lebih hangat, oleh karena itu mikrofon ini banyak digunakan untuk keperluan recording ketimbang live.

Jenis-JenisMicrophone

1. Mikrofon karbon

Mikrofon karbon adalah mikrofon yang terbuat dari sebuah diagram logam yang terletak pada salah satu ujung kotak logam yang berbentuk silinder. Cara kerja mikrofon ini berdasarkan resistansi variabel dimana terdapat sebuah penghubung yang menghubungkan diafragma dengan butir-butir karbon di dalam mikrofon. Perubahan getaran suara yang ada akan menyebabkan nilai resistansi juga berubah sehingga mengakibatkan perubahan pada sinyal output mikrofon.

2. Mikrofon reluktansi variabel

Mikrofon Reluktansi Variabel adalah mikrofon yang terbuat dari sebuah diafragma berbahan magnetik. Cara kerjanya berdasarkan gerakan diafragma magnetik tersebut. Jika tekanan udara dalam diafragma meningkat karena adanya getaran suara, maka celah udara dalam rangkaian magnetik tersebut akan berkurang, akibatnya reluktansi semakin berkurang dan menimbulkan perubahan-perubahan magnetik yang terpusat di dalam struktur magnetik. Perubahan-perubahan tersebut menyebabkan perubahan sinyal yang keluar dari mikrofon.

3. Mikrofon kumparan yang bergerak

Mikrofon Kumparan yang Bergerak adalah mikrofon yang terbuat dari kumparan induksi yang digulungkan pada silinder yang berbahan non magnetik dan dilekatkan pada diafragma, kemudian dipasang ke dalam celah udara suatu magnet permanen. Sedangkan kawat-kawat penghubung listrik direkatkan pada diafragma yang terbuat dari bahan non logam. Jika diafragma bergerak karena adanya gelombang suara yang ditangkap, maka kumparan akan bergerak maju mundur di dalam medan magnet, sehingga muncullah perubahan magnetik yang melewati kumparan dan menghasilkan sinyal listrik.

4. Mikrofon kapasitor

Mikrofon Kapasitor adalah mikrofon yang terbuat dari sebuah diafragma berbahan logam, digantungkan pada sebuah pelat logam statis dengan jarak sangat dekat, sehingga keduanya terisolasi dan menyerupai bentuk sebuah kapasitor. Adanya getaran suara mengakibatkan diafragma bergerak-gerak. Diafragma yang bergerak menimbulkan adanya perubahan jarak pemisah antara diafragma dengan pelat statis sehingga mengakibatkan berubahnya nilai kapasitansi. Mikrofon kapasitor ini memerlukan tegangan DC konstan yang dihubungkan ke sebuah diafragma dan pelat statis melewati sebuah resistor beban, sehingga tegangan mikrofon dapat berubah-ubah seiring perubahan tekanan udara yang terjadi akibat getaran suara.

5. Mikrofon elektret

Mikrofon Elektret adalah jenis khusus mikrofon kapasitor yang telah memiliki sumber muatan tersendiri sehingga tidak membutuhkan pencatu daya dari luar. Sumber muatan berasal dari suatu alat penyimpan muatan yang terbuat dari bahan teflon. Bahan teflon tersebut diproses sedemikian rupa sehingga mampu menangkap muatan-muatan tetap dalam jumlah besar, kemudian mempertahankannya untuk waktu yang tak terbatas. Lapisan tipis teflon dilekatkan pada pelat logam statis dan mengandung muatan-muatan negatif dalam jumlah besar. Muatan-muatan tersebut terperangkap pada satu sisi yang kemudian menimbulkan medan listrik pada celah yang berbentuk kapasitor. Getaran suara yang ada mengubah tekanan udara di dalamnya sehingga membuat jarak antara diafragma dan pelat logam statis juga berubah-ubah. Akibatnya, nilai kapasitansi berubah dan tegangan terminal mikrofon pun juga berubah.

6. Mikrofon piezoelektris

Mikrofon Piezoelektris adalah mikrofon yang terbuat dari bahan kristal aktif. Bahan ini dapat menimbulkan tegangan sendiri saat menangkap adanya getaran dari luar jadi tidak membutuhkan pencatu daya. Cara kerjanya ialah kristal dipotong membentuk suatu irisan pada bidang-bidang tertentu, kemudian dilekatkan pada elektrode atau lempengan sehingga akan menunjukkan sifat-sifat piezoelektris. Kristal akan berubah bentuk bila mendapatkan suatu tekanan sehingga akan terjadi perpindahan muatan sesaat di dalam susunan kristal tersebut. Perpindahan muatan mengakibatkan adanya perbedaan potensial di antara kedua pelat-pelat lempengan. Uniknya, kristal tersebut dapat langsung menerima getaran suara tanpa harus dibentuk menjadi sebuah diafragma, sehingga respon frekuensi yang diterima akan lebih baik dari mikrofon lainnya walaupun tingkat keluarannya jauh lebih rendah, yaitu kurang dari 1 mV.

7. Mikrofon pita

Mikrofon Pita ialah mikrofon yang terbuat dari pita yang bersifat sangat sensitif dan teliti. Cara kerja mikrofon ini berpedoman pada suatu pusat pita yaitu kertas perak metal tipis yang digantungkan pada suatu medan magnet. Getaran suara yang ditangkap menimbulkan terjadinya pergerakan pita. Gerakan tersebut mengakibatkan berubahnya medan magnet yang kemudian menghasilkan sinyal listrik. Oleh karena mikrofon pita pada awal kemunculannya merupakan mikrofon yang dapat menampilkan suara paling alami, maka industri rekaman dan siaran segera memanfaatkan mikrofon ini pada awal tahun 1930-an. Mikrofon ini tidak memerlukan pencatu daya atau baterai dalam pengoperasiannya. Pertumbuhan besar pada jenis mikrofon ini terlihat dari besarnya minat masyarakat pada rumah perekaman yang menyediakan mikrofon pita dengan kualitas tinggi seperti mikrofon buatan perusahaan Royer AEA, yang kemudian menjadi standar bersama untuk studio perusahaan-perusahaan Cina seperti Sontronics, SE dan Golden Age.

Speaker

Speaker (Pengeras Suara) adalah perangkat elektronika yang berfungsi sebagai tranduser untuk mengubah gelombang listrik menjadi gelombang suara melalui getaran membran. Membran pada speaker bergetar akibat induksi elektromagnetik yang dihasilkan sebuah magnet dan kumparan (induktor) karena dialiri arus listrik. Getaran suara yang dihasilkan speaker akan seiring dengan sinyal elektrik yang diberikan pada kumparan yang ada di dalamnya. Prinsip kerja speaker ini kebalikan dari prinsip kerja microphone yang mengubah gelombang suara menjadi gelombang listrik.

Prinsip Kerja Speaker

Pada dasarnya prinsip kerja speaker adalah kebalikan dir mikrofon. Speaker sebagai perangkat output yang merubah sinyal elektrik menjadi suara melalui getaran membran sedangkan microfon sebagai perangkat input yang merubah suara menjadi sinyal elektrik.
Diafragma (membran)
Sebuah drivers memproduksi gelombang suara dengan menggetarkan cone fleksibel (diafragma) secara cepat. Getaran tersebut adalah hasil induksi magnet yang mengalir melalui lilitan. Cone biasanya terbuat dari kertas yang terhubung pada ujung suspension (surround). Surround sendiri merupakan material fleksibel yang menggerakkan cone yang terletak pada bingkai logam (basket).

Elektromagnet diposisikan pada bidang magnet yang konstan yang terbuat dari magnet permanen. Kedua magnet tersebut, yaitu elektromagnet dan magnet permanen berinteraksi satu sama lain seperti dua magnet yang berhubungan pada umumnya. Kutub positif pada elektromagnet tertarik oleh kutub negatif pada magnet permanen dan kutub negatif pada elektromagnet ditolak oleh kutub negatif magnet permanen. Ketika orientasi kutub elektromagnet
bertukar, bertukar pula arah dan gaya tarik-menariknya. Dengan cara seperti ini, arus bolak-balik secara konstan membalikkan dorongan magnet antara voice coil (lilitan) dan magnet permanen.
Proses inilah yang mendorong coil kembali dan begitu seterusnya dengan cepat. Sewaktu coil bergerak, ia mendorong dan menarik speaker cone. Hal tersebut menggetarkan udara di depan speaker dan membentuk gelombang suara
Berdasarkan frekuensi suara yang dapat dilalukan (dihasilkan), speaker terbagi menjadi beberapa jenis di antaranya:

  1. Speaker Woofer : Speaker yang hanya dominan menghasilkan suara dengan frekuensi rendah
  2. Speaker Middle : Speaker yang hanya dominan menghasilkan suara dengan frekuensi menengah
  3. Speaker Tweeter : Speaker yang hanya dominan menghasilkan suara dengan frekuensi tinggi
  4. Speaker Full Range : Speaker dengan spektrum luas dimana frekuensi rendah sampai frekuensi tinggi dapat dilalukan (dihasilkan)

Suara yang dihasilkan setiap speaker tersebut akan terdengar jelas apabila dihubungkan dengan crossover dengan cara memfilter suara yang akan dilalukan ke setiap speaker berdasarkan spesifikasi frrekuensi yang dibutuhkan.
Berdasarkan bentuk dan fungsinya speaker terdiri dari beberapa macam di antaranya:

  1. Speaker Sound System : Speaker yang memiliki daya cukup besar
  2. Speaker Corong : Speaker yang berbentuk corong pada ujungnya untuk menyalurkan dan mengarahkan suara ke suatu posisi. Salah satu jenis spekear ini adalah TOA sekaligus merupakan merk speaker.
  3. Speaker Laptop : Speaker yang digunakan pada sebuah laptop dan notebook
  4. Headset : Speaker yang biasa dipasang di kepala dengan tambahan microphone untuk berbicara
  5. Headphone : Hampir sama dengan headset tetapi tanpa microphone
  6. Earphone : Speaker kecil yang dipasang di kepala seperti halnya headphone tetapi pemakaiannya dengan cara disumpalkan ke dalam telinga.

clip_image005

DAFTAR PUSTAKA

http://adijinadiboy.blogspot.com/2012/11/makalah-sejarah-perkembangan-cara-kerja.html

http://gadgetinfolengkap.blogspot.com/2013/04/jenis-jenis-speaker.html

http://tutorialaudio.blogspot.com/2013/03/jenis-jenis-mikrofon.html

Rabu, 19 Juni 2013

Osiloskop

TEKNIK TEGANGAN TINGGI

OSILOSKOP

lambang unand

Dosen : Ariadi Hazmi, Dr. Eng

Nama: PRIANDIKA

No. Bp: 1110953005

UNIVERSITAS ANDALAS

TEKNIK ELEKTRO

PADANG

2013

OSILOSKOP

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Ada beberapa jenis osiloskop berbasis komputer, dan telah diimplementasikan, salah satu jenis osiloskop digital berbasis komputer menggunakan sound card yang dikendalikan di bawah sistem operasi Linux.

Perangkat keras maupun perangkat lunak yang mengendalikannya telah diuji fungsi dan kebenarannya, dan sudah dapat berfungsi dengan baik dan benar.

Perangkat keras memiliki kemampuan menerima frekuensi masukan sampai 4 MHz, namun karena memanfaatkan sound card stereo CMI 8738, frekuensi masukan hanya mencapai 20 kHz sesuai kemampuan sound card menerima frekuensi pada mode stereo dengan resolusi 16-bit.

Perangkat lunak pengendali diimplementasikan menggunakan program bantu GCC (GNU Compiler Collections) pada Linux, dan dengan memanfaatkan pengolah grafik X-Window, program ini sudah dapat menampilkan grafik dari sinyal yang diukur sebagaimana tampilan pada osiloskop dual trace.

Osiloskop yang diimplementasikan dalam penelitian ini dinamai Xoscope dibuat oleh Tim Witham, memilih dua kanal input yang dapat bekerja secara simultan dan dapat dikembangkan menjadi delapan kanal input, juga dapat menerima masukan dari ProbeScope Cat.No. 22-310 melalui input port serial (long= frekuensi input bisa mencapai 5 MHz).

A. Bagian-Bagian Osiloskop beserta fungsinya

clip_image003

Fungsi masing-masing bagian yaitu;

No

Bagian-Bagian Osiloskop

Fungsi

1

Volt atau div

Untuk mengeluarkan tegangan AC, mengatur berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu div di layar

2

CH1 (Input X)

Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan posisi horizontal,

Terminal masukan pada saat pengukuran pada CH 1 juga digunakan untuk kalibrasi.

Jika signal yang diukur menggunakan CH 1, maka posisi switch pada CH 1 dan berkas yang nampak pada layar hanya ada satu.

3

AC-DC

Untuk memilih besaran yang diukur,

Mengatur fungsi kapasitor kopling di terminal masukan osiloskop. Jika tombol pada posisi AC maka pada terminal masukan diberi kapasitor kopling sehingga hanya melewatkan komponen AC dari sinyal masukan. Namun jika tombol diletakkan pada posisi DC maka sinyal akan terukur dengan komponen DC-nya dikutsertakan.

Posisi AC = Untuk megukur AC, objek ukur DC tidak bisa diukur melalui posisi ini, karena signal DC akan terblokir oleh kapasitor.

Posisi DC = Untuk mengukur tegangan DC dan masukan-masukan yang lain.

4

Ground

Untuk memilih besaran yang diukur.

Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layar.

5

Posisi Y

Untuk mengatur posisi garis atau tampilan dilayar atas bawah.

Untuk menyeimbangkan DC vertical guna pemakaian channel 1 atau (Y).

Penyetelan dilakukan sampai posisi gambar diam pada saat variabel diputar.

6

Variabel

Untuk kalibrasi osiloskop.

7

Selektor pilih

Untuk memilih Chanel yang diperlukan untuk pengukuran.

8

Layar

Menampilkan bentuk gelombang

9

Inten

Mengatur cerah atau tidaknya sinar pada layar Osiloskop. Diputar ke kiri untuk memperlemah sinar dan diputar ke kanan untuk memperterang.

10

Rotatin

Mengatur posisi garis pada layar,

Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di layar

11

Fokus

Menajamkan garis pada layer untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas, digunakan untuk mengatur fokus

12

Position X

Mengatur posisi garis atau tampilan kiri dan kanan. untuk mengatur posisi normal sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)

Untuk menyetel kekiri dan kekanan berkas gambar (posisi arah horizontal) Switch pelipat sweep dengan menarik knop, bentuk gelombang dilipatkan 5 kali lipat kearah kiri dan kearah kanan usahakan cahaya seruncing mungkin.

13

Sweep time/div

Digunakan untuk mengatur waktu periode (T) dan Frekwensi (f), mengatur berapa nilai waktu yang diwakili oleh satu div di layar

Sakelar putar untuk memilih besarnya tegangan per cm (volt/div) pada layar CRT, ada II tingkat besaran tegangan yang tersedia dari 0,01 v/div s.d 20V/div

Yaitu untuk memilih skala besaran waktu dari suatu priode atau pun square trap Cm (div) sekitar 19 tingkat besaran yang tersedia terdiri dari 0,5 s/d 0,5 second.pengoperasian X-Y didapatkan dengan memutar penuh kearah jarum jam. Perpindahan Chop-ALT-TVV-TVH. secara otomatis dari sini. Pembacaan kalibrasi sweep time/div juga dari sini dengan cara variabel diputar penuh se arah jarum jam.

14

Mode

Untuk memilih mode yang ada

15

Variabel

Untuk kalibrasi waktu periode dan frekwensi.

Untuk mengontrol sensitifitas arah vertical pada CH 1 (Y) pada putaran maksimal ke arah jarum jam (CAL) gunanya untuk mengkalibrasi mengecek apakah Tegangan 1 volt tepat 1 cm pada skala layar CRT.

Digunakan untuk menyetel sweeptime pada posisi putaran maksimum arah jarum jam. (CAL) tiap tingkat dari 19 posisi dalam keadaan terkalibrasi . 

16

Level

Menghentikan gerak tampilan layar.

17

Exi Trigger

Untuk trigger dari luar.

18

Power

Untuk menghidupkan Osiloskop.

19

Cal 0,5 Vp-p

Kalibrasi awal sebelum Osiloskop digunakan.

20

Ground

Digunakan untuk melihat letak posisi ground di layer, ground Osiloskop yang dihubungkan dengan ground yang diukur.

21

CH2 ( input Y )

Untuk memasukkan sinyal atau gelombang yang diukur atau pembacaan Vertikal.

Jika signal yang diukur menggunakan CH 2, maka posisi switch pada CH 2 dan berkas yang nampak pada layar hanya satu.

 

B. Fungsi Osiloskop Secara Umum

Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop lainnya, yaitu:

· Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.

· Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.

· Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.

· Membedakan arus AC dengan arus DC.

· Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.

Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di layar.

Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.

Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar monitor osiloskop, yaitu:

1. Gelombang sinusoida

2. Gelombang blok

3. Gelombang gigi gergaji

4. Gelombang segitiga.

Untuk dapat menggunakan osiloskop, harus bisa memahami tombol-tombol yang ada pada pesawat perangkat ini, seperti telah diutarakan diatas.

Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat yg menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg mengeluarkan alat itu. Cara menghitung frequency tiap detik. Dengan rumus sbb ; F = 1/T, dimana F = freq dan T = waktu. Untuk menggunakan osiloskop haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal akibatnya.

C. Prinsip Kerja Osiloskop

Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope) dan tipe digital (DSO-digital storage osciloscope), masing-masing memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji kinerjanya.

1. Osiloskop Analog

Osiloskop analog menggunakan tegangan yang diukur untuk menggerakkan berkas electron dalam tabung sesuai bentuk gambar yang diukur. Pada layar osiloskop langsung ditampilkan bentuk gelombang tersebut.

Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan.

Osiloskop analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks, misalnya sinyal video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah (sekitar 10-20 Hz). Keterbatasan osiloskop analog tersebut dapat diatasi oleh osiloskop digital. Sebagai contoh keseluruhan bidang skala pada Gambar 3 dapat ditutup semua menjadi daerah yang dapat dilihat oleh mata, misalnya dengan DSO dari Hewlett-Packard HP 54600. Pada gambar ditunjukkan diagram blok sederhana suatu osiloskop analog.

clip_image004

 

2. Osiloskop Digital

Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital.

Dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan. Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.

Osiloskop digital memberikan kemampuan ekstensif, kemudahan tugas-tugas akuisisi gelombang dan pengukurannya. Penyimpanan gelombang membantu para insinyur dan teknisi dapat menangkap dan menganalisa aktivitas sinyal yang penting. Jika kemampuan teknik pemicuannya tinggi secara efisien dapat menemukan adanya keanehan atau kondisi-kondisi khusus dari gelombang yang sedang diukur.

D. Cara  Penggunaan Osiloskop

Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var".

Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-jala.

2. Memastikan probe dalam keadaan baik.

3. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.

4. Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan, gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang pada posisi paling besar.

5. Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.

6. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang stabil.

7. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.

8. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.

E. Pengukuran Dengan Menggunakan Osiloskop

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini ditunjukkan bahwa pada sumbu vertical (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t.

Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada osiloskop digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut.

clip_image005

Osiloskop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat yang berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.
Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop. Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.

clip_image006

Jumat, 14 Juni 2013

Overvoltages-Fenomena Petir

MAKALAH

TEKNIK TEGANGAN TINGGI

DOSEN:

Dr. Eng ARIADI HAZMI

clip_image002

PRIANDIKA (1110953005)

FIKKY SYOFYAN (1110953025)

SYAIFUL (0910952049)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2013

8.1 Penyebab alami overvoltages – fenomena petir

Fenomena Petir adalah sebuah puncak di mana muatan terkumpul di dalam awan ke sebuah awan yang berdekatan atau ke tanah (ground). Pemisahan elektroda, yaitu awan ke awan, atau awan ke ground sangatlah jauh, kisaran 10 km atau lebih. Mekanisme pembentukan muatan dalam awan dan discharges-nya cukuplah rumit dan prosesnya tidak menentu. Namun, banyak informasi yang telah dikumpulkan hingga lima puluh dan beberapa teori telah mencoba menjelaskan tentang fenomena ini. Sebuah ringkasan dari berbagai proses dan teori disajikan dalam bagian ini.

8.1.1 Pembentukan Muatan dalam Awan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuka atau terkumpulnya muatan dalam awan sangatlah banyak dan tidak menentu. Tetapi selama badai petir, muatan-muatan positif dan negatif menjadi terpisah karena arus udara yang besar dengan kristal es pada bagian atasnya dan hujan pada bagian bawah dari awan. Pemisahan muatan tergantung pada tingginya awan, yang berkisar dari 200 sampai 10.000 m, dengan pusat muatannya mungkin ada pada jarak 300 sampai 2000 m. Volume dari awan ikut serta dalam lompatan petir yang tidak menentu, tapi muatan didalam awan mungkin sebesar 1 hingga 100C. Awan mungkin memiliki potensial sebesar 107 samapi 108 V dengan bidang gradient mulai dari 100 V/cm dengan awan sebesar 10 kV/cm pada titik awal discharge. Energi yang terkait dengan discharge awan dapat sebesar 250 kWh. Hal ini diyakini bagian atas dari awan biasanya bermuatan positif, sedangkan bagian bawah dan dasar didominasi negatif kecuali wilayah sekitarnya, dekat dasar dan atas , yang positif. Gradien maksimum dicapai pada tingkat ground disebabkan oleh sebuah muatan awan bisa sebesar 300 V/cm, sedangkan gradient pada cuaca cerah sekitar 1 V/cm. Sebuah model distribusi muatan pada Fig.8.1 dengan bidang gradient yang berhubungan dengan tanah (ground).

clip_image004
Fig.8.1

Berdasarkan pada teori Simpsons (Fig.8.2) ada tiga wilayah penting pada awan yang perlu diperhatikan untuk pembentukan muatan. Di bawah wilayah A, arus udara bergerak di atas 800 cm/s, dan tidak ada turun hujan. Pada wilayah A, kecepatan udara cukup tinggi untuk memecah hujan yang turun yang menyebabkan muatan positif terpecik didalam awan dan muatan negatifnya di udara. Percikan dihembuskan ke atas, tetapi selaku kecepatan udara menurun, air yang bermuatan positif turun bergabung kembali dengan tetesannya yang lebih besar dan jatuh kembali. Jadi wilayah A, akhirnya menjadi dominasi bermuatan positif, sedangkan wilayah B diatas itu, bermuatan negatif karena arus udara. Di bagian atas dari awan, temepraturnya rendah (dibawah titik beku) dan hanya ada Kristal es. Dampak dari udara pada Kristal ini membuat mereka bermuatan negative, jadi distribusi dari muatan dalam awan ditunjukkan pada Fig.8.2.

clip_image006

Fig.8.2

Namun, teori diatas sudah lama dan penjelasannya tidak memuaskan. Baru-baru ini, Reynolds dan Mason mengusulkan perubahan, berdasarkan dengan awan petir yang

dikembangkan pada ketinggian 1 sampai 2 km diatas permukaan tanah dan mungkin meningkat sampai 12 sampai 14 km diatas tanah. Untuk awan petir dan pembentukan muatan arus udara, kelembapan dan rentang suhu spesifik yang diperlukan.

Arus udara yang dikontrol oleh gradient suhu yang bergerak ke atas membawa kelembapan dan tetesan air. Suhunya 0oC pada 4 km dari tanah dan bisa mencapai -50oC pada ketinggian 12 km. tapi tetesan air tidak membeku segera setelah temperature 0oC. Mereka membeku dibawah -40oC sebagai partikel padat yang pola Kristal es-nya mengembang dan meluas. Semakin besar jumlah dari kawasan padatnya atau inti, semakin tinggi temperaturnya (>-40oC) dimana Kristal es tersebut meluas. Jadi dalam awan, rentang suhu membeku yang efektif antara -33oC sampai -40oC. Tetesan air dalam awan petir diterbangkan oleh arus udara dan menjadi sangat dingin diatas rentang ketinggian dan temperaturnya. Ketika pembekuan terjadi, Kristal menjadi lebih besar massanya dan karena berat dan gaya grafitasi mulai bergerak ke bawah. Jadi, sebuah awan petir terdiri dari tetesan air superdingin bergerak ke atas dan hujan es batu yang bergerak ke bawah.

Ketika bergerak ke atas tetesan air superdingin bertindak atas hujan es yang lebih dingin, itu membeku sebagian, yakni lapisan luar tetesan air membeku membentuk tempurung dengan air didalamnya. Ketika proses pendinginan meluas ke dalam air yang lebih hangat di inti., mengembang, sehingga memecah dan menyemprotkan tempurung es yang membeku. Pecahan yang baik ukurannyabergerak naik oleh arus udara dan membawa muatan positif bersih ke wilayah atas awan. Batu-batu hujan es yang turun membawa setaramuatan negative ke wilayah bawah awan dan demikian muatan negative bertambah di sisi bawah dari awan.

Menurut Mason, serpihan es seharusnya membawa naik muatan positif saja. Air menjadi bersifat ionic di alam memiliki konsentrasi dari ion H+ dan OH-. Massa jenis ion bergantung pada suhu. Jadi, dalam sebuah lempeng es dengan permukaan atas dan bawah pada temperature T1 dan T2 (T1 < T2), dimana akan lebih tinggi konsentrasi ionnya pada wilayah rendah. Namun, karena ion-ion H+ lebih ringan, mereka berdifusi lebih cepat semua volume. Oleh karena itu, bagian bawah yang lebih hangat akan memiliki massa jenis muatan negative, dan karena bagian atas, yaitu wilayah dingin akan memiliki massa jenis muatan positif. Oleh karena itu, harus dipertimbangkan, bahwa tempurung luar dari tetesan air yang membeku berhubungan dengan

hujan es akan relative lebih dingin (daripada bagian initi-air hangat) dan karena itu diperoleh muatan positif. Ketika tempurung terpecah, muatan yang terbawa olehnya ke atas adalah positif.

Menurut teori Reynold, yang berdasarkan hasil percobaannya, hujan es bermuatan negative ketika menyangkut pada es Kristal yang lebih hangat. Ketika kondisi suhu dibalik, polaritas dari muatan berbalik. Namun, tingkat pengisian dan akibatnya tingkat dari pembangkitan muatan ditemukan untuk tidak sepakat dengan pengamatan praktis yang berkaitan dengan awan petir. Tipe dari fenomena ini juga terjadi pada awan petir.

Tingkat Pengisian Awan Petir

Mason beranggapan awan petir terdiri dari campuran seragam dari muatan positif dan negative. Karena hujan es batu dan arus udara muatan terpisah secara vertical. Jika λ adalah factor yang bergantung pada konduktifitas dari medium, akan ada kebocoran resistif muatan dari medan elektrik dibangun., dan hal ini diambil untuk pertimbangan untuk pengisian awan.

Jika E adalah intensitas medan listrik, v adalah kecepatan dari pemisahan muatan, dan ρ kerapatan muatan di awan. Lalu, intensitas medan listrik E menjadi

                                                    clip_image008                                                         (8.1)

karena,

                                              clip_image010                                               (8.2)

Persamaan ini mengasusmsikan awalnya E = 0 pada t = 0, awal pemisahan muatan, yaitu tidak ada pemisahan awalnya.

Misal Q, menjadi muatan yang terpisah dan Qg adalah muatan yang dihasilkan, maka

                                                        clip_image012                                                                 (8.3a)

dan

                                                                clip_image014                                                                (8.3b)

dimana εo adalah permisivitas medium, A adalah luas awan dan h adalah ketinggian dari wilayah muatan.

Dari persamaan (8.2), pada subsitusi

                                    clip_image016                           (8.4)

Dimana M = Qs.h = momen listrik dari badai petir. Nilai rata-rata yang diamati untuk awan petir adalah:

Konstanta waktu = 1/λ = 20s

Momen listrik M= 110 C-km dan

Waktu untuk kilatan petir muncul, t= 20s

Kecepatan pemisahan muatan, v= 10 sampai 20 m/s.

Dengan mensubsitusi nilai, maka didapatkan

clip_image018

Perhitungan menggunakan teori Mason menunjukkan bahwa perpindahan sebuah muatan maksimum dari 3 x 10-3 T esu/cm2 dari permukaan kontak untuk periode-nya 0,01s, dimana T adalah perubahan suhu.

Teori dan pengamatan dari Reynolds dan lainnya memberikan nilai 5 x 10-9 esu per dampak Kristal untuk perbedaan suhu 5oC. Teori Mason terlihat memeberikan nilai yang lebih tinggi, namun menjelaskan fenomena dengan memuaskan.

8.1.2 Mekanisme Sambaran Petir

Distribusi muatan di awan, pada umumnya dibagian atasditempati oleh muatan positif, sementara itu di bagian bawah awanyang ditempati oleh muatan negatif. Sambaran akan diawali olehkanal muatan negatif, menuju daerah yang terinduksi positif. Hal inimenyebabkan sambaran yang terjadi umunya adalah sambaranmuatan negatif dari awan ke tanah. Gambar 1.1. berikut inimemperlihatkan kemungkinan distribusi muatan awan petir yangumum terjadi.

clip_image020

Polaritas awan tidak hanya berpengaruh pada arah sambaran, akantetapi berpengaruh juga pada besar arus sambarannya.

Peluahan muatan listrik yang terjadi antara awan dengan tanahterjadi karena adanya kuat medan listrik antara muatan awan denganmuatan induksi di permukaan tanah yang polaritasnya berlawanan.Semakin besar muatan yang terdapat di awan, semakin besar pula medan listrik yang terjadi. Apabila kuat medan ini melebihi kuatmedan tembus udara, maka akan terjadi peluahan muatan dari awanke tanah. Peristiwa peluahan muatan ini dinamakan kilat atau petir.

Setiap sambaran petir diawali dengan muatan awal bercahayalemah yang disebut dengan luahan perintis (pilot streamer).Luahanperintis ini akan menentukan arah perambatan muatan awan keudara. Kejadian ini timbul karena tembus listrik lokal yang terjadi didalam awan, akibat kuat medan listrik yang dibentuk oleh muatanmayoritas negatif dengan muatan minoritas positif

dibagian bawahawan petir. Arus yang berhubungan dengan luahan perintis ini sangatkecil yaitu hanya mencapai beberapa ampere.

Tembus lokal ini memberi kesempatan kepada muatan untukbergerak dan bergesekan dengan uap air pada temperatur tinggi,sehingga akan meningkatkan konsentrasi muatan negatif di dalamawan. Akibatnya konsentrasi muatan tersebut menyebabkantegangan tembus melebihi harga kritisnya sehingga terbentuk lidahmuatan negatif. Lidah bermuatan negatif ini adalah merupakan gejalapeluahan muatan sebagian yang dikenal dengan nama sambaran perintis(stepped leader). Langkah dari sambaran perintis selaludiikuti oleh titik-titik cahaya yang bergerak turun ke bumi danmelompat-lompat lurus, tetapi arah dari setiap lompatan langkahnyaberubah-rubah, sehingga secara keseluruhan jalannya tidak lurus danpatah-patah.

Selama pusat muatan di awan dapat memberikan muatan untukmempertahankan gradien tegangan pada ujung sambaran perintis danmelebihi kekuatan tembus udara, maka sambaran perintis akan terusbergerak turun. Sebaliknya bila gradien tegangan di ujung sambaranperintis lebih kecil di kuat medan tembus udara, maka tidak terjadilidah berikutnya dan sambaran perintis berhenti sampai disini saja danwaktu dari sambaran perintis samapai bumi kira-kira 20 mili detik.

Bila perintis ini telah dekat dengan bumi, maka akan terbentukkanal muatan positif dari bumi yang naik menyongsong turunnyasambaran perintis. Pertemuan kedua kanal ini akan menyebabkanujung sambaran perintis terhubung singkat ke tanah, maka seketikagelombang muatan positif di bumi bergerak naik menuju ke pusatawan, bergerak lebih cepat melalui kanal yang telah terionisasi.Peristiwa ini dikenal dengan sambaran balik(return stroke). Sambaran balik ini merupakan arus utama di suatu peluahan muatankarena besarnya antara 20 - 100 kA yang bergerak dengan kecepatan3.106sampai 3.107m/s dalam waktu sepersepuluh mili detik. Arus yang dihasilkan adalah berbentuk impuls dengan harga puncaknyayang dapat dicapai dalam mikro detik.

Gambar 1.2 dan 1.3 di bawah ini memperlihatkan tahapansambaran petir ke tanah serta arus impuls yang dihasilkannya, dantahapan sambaran petir bermuatan negatif dari awan ke tanah.

clip_image022

Apabila arus sambaran balik telah berhenti, dan ternyata dibagian lain dari awan masih tersedia cukup muatan untuk mengawalisambaran berikutnya, maka akan terjadi sambaran perintis kedua.Sambaran ini mengalir secara langsung dari awan ke tanah dengankecepatan 3x108m/s, melalui lintasan yang telah dibentuk olehsambaran perintis pertama, tanpa mengalami percabangan.Sambaran perintis kedua ini disebut dengan pelopor panah (dart leader), yang diikuti oleh sambaran balik kedua. Sambaran peloportanah dan sambaran balik yang mengikutinya disebut dengan sambaran urutan (multiple stroke)

clip_image024

dimana :

a. Sambaran perintis bergerak turun menuju bumi dengan arahberubah-rubah.

b. Kanal muatan positif menyambut turunnya sambaran perintis.

c. Gelombang muatan positif dari bumi menuju pusat muatan diawan.

d. Setelah pelepasan muatan pertama, kanal muatan positif bergerak menuju pusat muatan berikutnya.

e. Pelepasan muatan antar pusat muatan di awan, diikuti olehpelopor kedua bergerak menuju bumi.

f. Terjadi sambaran balik kedua.

Sambaran urutan ini umumnya terjadi pada sambaran awantanah bermuatan negatif. Hampir 85% sambaran awan tanah adalahnegatif, diikuti oleh sambaran urutan dengan jumlah sambaran rata-rata 3 kali. Ciri-ciri sambaran urutan ini adalah kecuraman arusdahinya yang tinggi.

8.1.3 Parameter Petir

Parameter adalah karakteristik suatu sambaran petir yang terjadi, sambaran tunggal maupun sambaran berulang. Karakteristik suatu sambaran petir ini diperoleh dengan melakukan pengukuran langsung di lapangan. Dengan mengetahui karakteristik petir, maka pengaruhnya pada makhluk hidup dan peralatan-peralatan listrik dapat diketahui.

Petir dengan polaristas positif maupun negative, dalam setiap sambarannya akan mengalirkan arus petir yang akan menyebabkan kerusakan atau kehancuran dari objek yang disambar. Komponen arus tersebut, sering dinyatakan sebagai parameter petir, yaitu:

1. Arus puncak petir; arus puncak atau imax yang diukur dalam satuan amper, parameter ini memberikan pengaruh pada kenaikan tegangan vmax pada benda yang disambarnya, karena benda tersebut mempunyai resistansi atau R, yang diukur dalam satuan ohm.

2. Muatan arus petir; muatan arus listrik adalah Q dalam sejumlah energy yang diberikan pada metal atau objek yang disambar menimbulkan bung api dan meleburkan metal pada titik sambaran tersebut. Mempunyai satuan amperdetik (As). Energy bunga api yang diberikan tergantung pada tegangan titik sambaran.

3. Energy spesifik arus petir, sering disebut impuls force yang dapat menyebabkan kerusakan sebagai akibat pemasangan sebagai akibat pengaruh elektrodinamik pada metal atau objek, diukur dengan satuan newton detik, atau kilogram.

4. Kecuraman arus petir; di/dt dalam satuan kA/μdetik, adalah besaran yang berpengaruh pada induksi elektro magnetic pada metal atau instalasi yang mempunyai induksifitas dan terletak dekat titik sambaran, seperti hantaran melingkar, loop, gulungan dan lain-lain.

Keempat parameter arus petir inilah yang menentukan karakteristik dari petir, dan besaran berbeda antara di daerah tropis dan subtropics. Parameter sangat dibutuhkan untuk tujuan pemeliharaan dan perancangan system perlindungan petir.

8.1.4 Model Matematis Petir

Selama proses pembentukan muatan, awan mungkin dianggap nonconductor. Oleh karena itu, berbagai potensial dapat diasumsikan pada berbagai bagian awan. Jika proses pengisian dilanjutkan, besar kemungkinan bahwa bahwa gradient pada bagian-bagian tertentu dari daerah

dibebankan melebihi kekuatan kekuatan breakdown udara atau udara lembab di awan. Oleh karena itu breakdown local terjadi di dalam awan. Local discharge ini mungkin akhirnya mengarah pada situasi dimana muatan reservoer besar melibatkan masa yang besar dari awan yang menggantung diatas tanah,, dengan udara antara awan dan tanah sebagai dieelektrik. Ketika streamer discharge muncul ketanah dengan terlebih dahulu sambaran awal, diikuti dengan sambaran awal dengan arus yang cukup besar mengalir, sambaran petir mungkin dianggap sebagai sebuah nilai sumber arus Io dengan sebuah sumber impedansi Zo discharge ke tanah. Jika sambaran menyerang suatu objek impedansi Z,tegangan timbul diatasnya mungkin diangap sebagai

clip_image026

Sumber impendasi dari saluran petir tidak diketahui dengan jelas,tetapi diperkirakan sekitar 1000 sampai 3000 Ohm. Objek yang menarik untuk teknik elektro, yaitu saluran transmisi, dan lainnya memiliki impedansi gelombang kurang dari 500 Ohm (saluran udara 300 sampai 500 Ohm,kabel tanah 100 sampai 150 Ohm, menara 10 samapai 50 Ohm,dan sebagainya). Oleh karena itu nilai Z/Zo biasanya akan kurang dari 0,1 dan karenanya bisa diabaikan. Oleh karena itu, kenaikan tegangan saluran, dan sebagainya dapat diambil sekitar V = Io.Z, dimana Io adalah arus sambaran petir dan Z gelombanga impedansi saluran.

Jika sebuah arus sambaran petir serendah 10.000 Ampere menyambar sebuah salauran dengan impedansi 400 Ohm, maka menimbulkan tegangangan besar 4.000 kV. Ini merupakan kelebihan tegangan yang besar dan menyebabkan lompatan langsung pada saluran konduktor sepanjang saluran insulator.

Dalam kasus sambaran langsung terjadi diatas saluran transmisi tak berperisai, gelombang arus mencoba membagi mencadi dua cabang dan menjalar pada sisi saluran lainnya. Oleh karena itu gelombang impedansi efektif pada saluran seperti yang terlihat oleh gelombang adalah Zo/2 dan mengambil contoh diatas, yang disebabkan kelebihan tegangan yang hanya 10.000 x (400/2) = 2.000 kV. Jika saluran ini menjadi 132 kV saluran dengan sebelas 10 inci disc insulator string,rapatan dari insulator string akan berlangsung,seperti lompatan tegangan impuls dari string sekitar 950 kV untuk 2 μs di depan gelombang impuls.

Insiden sambaran petir pada saluran transmisi dan substasiun terkait dengan tingkat aktifitas badai petir. Ini berdasarka dari “hari badai petir” (TD/thunderstorm days ) dikenal dengan “ Isokeraunic Level” didefinisikan sebagai jumlah hari dalam setahun ketika petir terdengar atau terekam di lokasi tertentu. Tapi indikasi ini tidak sering membedakan antara sambaran tanah dan sambaran awan ke awan. Jika ukuran kerapatan lompatan tanah (Ng) diperoleh, maka jumlah lompatan tanah bisa dihitung dari tingkar TD. Dari catatan dan pengalaman masa lalu,ditemkan bahwa

Ng = (0,1 samapai 0,2) TD/sambaran /km2-tahun.

Hal ini melaporkan bahwa TD diantara 5 dan 15 di Britania, Eropa dan Pasifik Barat dari Amerika Utara,dan rentannya 30 sampai 50 di pusat dan bagian timur USA. Tingkatan yang lebih lebih dilaporkan dari Afrika Selatan dan Amerika Selatan. Tidak ada literature yang tersedia untuk perbedaan wilayah di India,tetapi nilai dari 30 sampai 50 dapat dipakai untuk wilayah pesisir dan bagian tengah India.