Selasa, 30 Juli 2013

Televisi Bewarna

Dasar Telekomunikasi

TELEVISI

lambang unand

Dosen : Fitrilina, MT

Priandika:1110953005

Damawilis 1110952076

Muhammad Ikbal 1110952034

 

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG

2013

 

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

           Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita karena kita selalu terlibat dalam salah satu bentuknya, misalnya: percakapan antar individu, mengirim dan/atau menerima surat, percakapan melalui telepon, melihat televisi, mendengarkan radio, dan sekarang ini masuk ke dalam internet. Tujuan teknik komunikasi ialah penyampaian informasi ke tempat tujuan dengan cepat dan tepat. Terdapat berbagai cara untuk melakukan komunikasi, misalnya dengan suara, gerak-gerik atau lambang lain dalam bentuk gambar. Sebelum ditemukannya sinyal listrik komunikasi jarak jauh dilakukan dengan menggunakan antara lain bunyi-bunyian seperti tambur, kentongan, asap, binatang (mis. merpati pos), kurir, atau sinyal cahaya (mis. pada kapal laut).

            Pada masa kini informasi dapat disampaikan dengan menggunakan sinyal listrik ataupun cahaya. Terdapat banyak alasan mengapa sinyal listrik dipilih untuk menyampaikan informasi yaitu antara lain jarak yang dapat dicapainya dapat dikatakan tidak terbatas dan kecepatannya sangat tinggi (kira-kira 300.000 km per detik), pembangkitan sinyal relatif mudah demikian pula proses pengubahan bentuk besaran lain ke dalam besaran listrik dan sebaliknya dapat dikatakan sangat mudah. Sebagai contoh suara yaitu besaran tekanan udara dapat dengan mudah diubah menjadi besaran listrik dengan pertolongan mikrofon sedangkan loudspeaker dapat dengan sempurna mengembalikan sinyal listrik tersebut ke bentuk asalnya yaitu tekanan udara. Berbagai besaran lain dapat diubah menjadi besaran listrik dengan alat bantu, yang umumnya disebut "transducer", yang tepat.

          Salah satu masalah utama dalam komunikasi ialah efisiensi saluran komunikasi. Sangat dikehendaki agar melalui satu saluran komunikasi sejumlah besar informasi disalurkan dengan secepat mungkin dan dengan kesalahan sesedikit mungkin. Di dalam membicarakan telekomunikasi, informasi yang ingin disampaikan bentuk asalnya harus diubah menjadi besaran listrik. Besaran listrik dapat digambarkan dalam bentuk gelombang listrik tertentu (misalnya gelombang sinusoidal, pulsa, dan lain-lain) dan kemudian dibawa ke tempat tujuannya dan dikehendaki agar keadaan yang tepat sama seperti aslinya dapat diterima.

          Jenis informasi lain yang sering disalurkan ialah gambar (video) yaitu umumnya berupa siaran televisi. Perkembangan teknologi memungkinkan dikirimkannya gambar dengan cara lain yaitu melalui saluran telepon. Percobaan ke arah ini telah dilakukan dan cukup berhasil. Bilamana yang dikirimkan berupa gambar yang termasuk golongan grafik (yaitu gambar tanpa gerakan misalnya foto, gambar teknik,dll) sistem telepon sudah dapat menunjangnya dengan sempurna yaitu dengan peralatan facsimile yang pemakaiannya telah berkembang beberapa tahun terakhir ini

          Dengan perkembangan teknik digital dan sistem pengolahan data (data processing) mulailah perkembangan sistem komunikasi yang lain yang dikenal sebagai sistem komunikasi data. Dalam sistem ini yang disalurkan data. Komunikasi data menuntut keandalan yang tinggi karena informasi suara atau berita (message) kesalahan yang terjadi sampai batas tertentu tidak akan mengubah arti sebenarnya dari informasi yang cacat tersebut karena sifat otak manusia yang dapat memperbaiki kesalahan tersebut dengan menarik kesimpulan berdasarkan konteks informasi yang diterimanya.

         Komunikasi data hampir tidak mempunyai kemungkinan ini karena alat pengolah data sampai saat ini tidak dapat melakukan penarikan kesimpulan berdasarkan konteks yang dihadapinya. Dengan penggunaan kode khusus keandalan data yang diterima maupun dikirimkan dengan menggunakan saluran komunikasi dapat dijaga agar tetap tinggi.    

          Untuk menyalurkan informasi diperlukan suatu medium, yang umumnya dikenal sebagai saluran transmisi. Saluran transmisi ini mempunyai berbagai bentuk dan ragam. Pemilihannya ditentukan oleh berbagai faktor seperti harga, biaya operasi dan besaran teknik seperti kecepatan, lebar frekuensi dan lain-lain. Oleh karena saluran transmisi pada dasarnya cukup mahal harganya, penggunaannya harus seefisien mungkin. Akibatnya timbul usaha untuk menyalurkan informasi dari berbagai sumber melewati sejumlah saluran transmisi yang terbatas dengan melakukan proses penyampuran beberapa sinyal yang dikenal sebagai multiplexing. Pada tempat tujuannya akan dilakukan proses sebaliknya yaitu demultiplexing sehingga diperoleh sinyal informasi asal.

B. Tujuan:

Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui sejarah, sistem kerja dan perkembangan dari televisi.

 

BAB II

TINJAUAN PERMASALAHAN

1. Definisi Televisi

Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, "jauh") dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.

Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "kotak televisi", "acara televisi", ataupun "transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan TV (dibaca: tivi, teve ataupun tipi.)

Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun 1920-an, dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan hiburan dan berita serta menjadi media periklanan. Sejak 1970-an, kemunculan kaset video, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray, juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.

Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisi penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran radio yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke penerima gelombang televisi.

Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang radio VHF dan UHF dalam jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890 megahertz. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun 2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran digital.

Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata, terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk diobservasi secara langsung.

Televisi amatir (ham TV atau ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial.

Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi abad ke-20 dan ke-21. Pada tahun 2010, iPlayer digunakan dalam aspek media sosial dalam bentuk layanan televisi internet, termasuk di antaranya adalah Facebook dan Twitter

2. Sejarah Perkembangan Televisi

Pada masa awal perkembangannya, televisi menggunakan gabungan teknologi optik, mekanik, dan elektronik untuk merekam, menampilkan, dan menyiarkan gambar visual. Bagaimanapun, pada akhir 1920-an, sistem pertelevisian yang hanya menggunakan teknologi optik dan elektronik saja telah dikembangkan, dimana semua sistem televisi modern menerapkan teknologi ini. Walaupun sistem mekanik akhirnya tidak lagi digunakan, pengetahuan yang didapat dari pengembangan sistem elektromekanis sangatlah penting dalam pengembangan sistem televisi elektronik penuh.

Gambar pertama yang berhasil dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin faksimile mekanik sederhana, (seperti pantelegraf) yang dikembangkan pada akhir abad ke-19. Konsep pengiriman gambar bergerak yang menggunakan daya elektrik pertama kali diuraikan pada 1878 sebagai "teleponoskop" (konsep gabungan telepon dan gambar bergerak), tidak lama setelah penemuan telepon. Pada saat itu, para penulis fiksi ilmiah telah membayangkan bahwa suatu hari nanti cahaya juga akan dapat dikirimkan melalui medium kabel, seperti halnya suara.

Ide untuk menggunakan sistem pemindaian gambar untuk mengirim gambar pertama kali dipraktikkan pada 1881 menggunakan pantelegraf, yaitu menggunakan mekanisme pemindaian pendulum. Semenjak itu, berbagai teknik pemindaian gambar telah digunakan di hampir setiap teknologi pengiriman gambar, termasuk televisi. Inilah konsep yang bernama "perasteran", yaitu proses merubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik.

1880-an: Cakram Nipkow

Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram Nipkow, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. Setiap lubang cakram diposisikan dengan selisih sudut yang sama agar dalam setiap putarannya cakram tersebut dapat meneruskan cahaya melalui setiap lubang hingga mengenai lapisan selenium peka cahaya yang menghasilkan denyut elektrik. Seiring dengan peletakan posisi gambar yang difokuskan dipusat cakram, setiap lubang akan memindai setiap "iris" horizontal dari keseluruhan gambar. Alat buatan Nipkow ini tidak benar-benar dapat dipraktekkan hingga adanya kemajuan dalam teknologi tabung penguat. Namun, alat tersebut hanya dapat memancarkan gambar "halftone" — dikarenakan lubang dengan posisi tertentu dengan ukuran berbeda-beda — melalui kabel telegraf atau telepon.

Rancangan selanjutnya adalah menggunakan pemindai mirror-drum berputar sebagai perekam gambar dan tabung sinar katode (CRT) sebagai perangkat tampilan. Pada 1907, seorang ilmuwan Rusia, Boris Rosing, menjadi penemu pertama yang menggunakan CRT dalam perangkat penerima dari sistem televisi eksperimental. Dia menggunakan pemindai "mirror-drum" untuk mengirim gambar geometrik sederhana ke CRT. Namun, untuk merekam gambar bergerak masih tidak dapat dilakukan, karena kepekaan detektor selenium yang rendah.

1920-an: Penemuan John Logie Baird

clip_image004

TV 405 hitam putih Murphy dari Ukrania, 1951.

Penemu asal Skotlandia, John Logie Baird berhasil menunjukan cara pemancaran gambar-bayangan bergerak di London pada tahun 1925, diikuti gambar bergerak monokrom pada tahun 1926. Cakram pemindai Baird dapat menghasilkan gambar beresolusi 30 baris (cukup untuk memperlihatkan wajah manusia) dari lensa dengan spiral ganda. Demonstrasi oleh Baird ini telah disetujui secara umum oleh dunia sebagai demonstrasi televisi pertama, sekalipun televisi mekanik tidak lagi digunakan. Pada tahun 1927, Baird juga menemukan sistem rekaman video pertama di dunia, yaitu "Phonovision", yaitu dengan memodulasi sinyal output kamera TV-nya ke dalam kisaran jangkauan audio, dia dapat merekam sinyal tersebut pada cakram audio 10 inci (25 cm) dengan menggunakan teknologi rekaman audio biasa. Hanya sedikit rekaman "Phonovision" Baird yang masih ada dan rekaman-rekaman yang masih bertahan tersebut kemudian diterjemahkan dan diproses menjadi gambar yang dapat dilihat pada 1990-an menggunakan teknologi pemrosesan-sinyal digital.

Pada 1926, seorang insinyur Hungaria, Kálmán Tihanyi, merancang sistem televisi dengan perangkat pemindaian dan tampilan yang sepenuhnya elektronik, dan menggunakan prinsip "penyimpanan isi" di dalam tabung pemindai (atau "kamera").

Pada 1927, seorang penemu Rusia, Léon Theremin, mengembangkan sistem televisi dengan mirror-drum yang menggunakan sistem "video terjalin" untuk menghasilkan resolusi gambar 100 baris.

Pada tahun yang sama, Herbert E. Ives dari Bell Labs berhasil mengirimkan gambar bergerak dari sebuah cakram 50-tingkap yang menghasilkan 16 gambar per menit melalui medium kabel dari Washington, D.C. ke New York City, dan juga melalui gelombang radio dari Whippany, New Jersey. Ives menggunakan layar penayang sebesar 24 x 30 inci (60 x 75 cm). Subjek rekamannya termasuk salah satunya Sekretaris Perdagangan Amerika saat itu, Herbert Hoover.

Pada tahun yang sama pula, Philo Farnsworth berhasil membuat sistem televisi pertama di dunia dengan pemindai elektronik pada kedua perangkat tampilan dan pickup, dimana temuannya ini pertama kali ia demonstrasikan di depan media pers pada 1 September 1928.

1930-an: Penyebaran dan penerimaan masyarakat

clip_image006
Braun HF 1, Jerman, 1959

Pada tahun 1936, untuk pertama kalinya olimpiade Berlin disiarkan ke stasiun televisi di Berlin dan Leipzig di mana masyarakat umum dapat menyaksikan setiap perlombaan langsung.

Pada masa awal televisi, kotak televisi elektromekanik mulai secara komersial dijual dari tahun 1928 hingga 1934 di Inggris, Amerika Serikat, dan Rusia. Televisi komersial pertama dijual oleh Baird di Britania Raya pada tahun 1928 dalam bentuk penerima radio ditambah dengan komponen-komponen seperti tabung neon di belakang cakram Nipkow yang menghasilkan gambar kemerahan berukuran sebesar perangko pos yang dapat diperbesarkan lagi menggunakan lensa pembesar. "Televisor" ciptaan Baird ini juga dapat digunakan tanpa radio. Televisor yang dijual pada tahun 1930–1933 merupakan pemasaran televisi masal yang pertama. Kira-kira 1.000 unit Televisor berhasil dijual.

Kotak televisi elektronik komersial pertama dengan tabung sinar katode diproduksi oleh Telefunken di Jerman pada 1934, diikuti oleh produsen elektronik yang lain di Perancis (1936), Britania Raya (1936), dan Amerika Serikat (1938).

Pada tahun 1936, Kálmán Tihanyi menerangkan prinsip televisi plasma, yaitu sistem panel datar yang pertama.

Pada tahun 1938 di Amerika, televisi berukuran 3 inci (7.6 cm) dijual seharga 125 USD (setara dengan 1.863 USD pada tahun 2007.) Model termurah televisi berukuran 12 inci (30 cm) adalah seharga $445 (setara dengan $6.633 per 2007).

Kira-kira sebanyak 19.000 unit televisi elektronik telah diproduksi di Britania, 1.600 unit di Jerman, dan 8.000 unit di Amerika, sebelum akhirnya War Production Board terpaksa menghentikan produksi TV pada April 1942 karena pecahnya Perang Dunia II.

Penggunaan TV di Amerika Serikat meningkat kembali pasca Perang Dunia II setelah produksi TV diizinkan kembali pada Agustus 1945. Pasca perang, jumlah pemilik TV di Amerika meningkat sekitar 0,5% pada tahun 1946, lalu naik 55,7% pada tahun 1954, dan naik sampai 90% pada tahun 1962. Di Britania, jumlah pemilik TV meningkat dari 15.000 pada tahun 1947, lalu 1,4 juta pada tahun 1952, hingga 15,1 juta pada tahun 1968.

Sejarah Televisi di Indonesia

Pada awal tahun 1968 pemerintah RI dengan bantuan UNESCO melaksanakan serangkaian penelitian di bidang pendidikan. Di antara penelitian tersebut salah satunya dilakukan oleh LHS Emerson dengan judul Education in Indonesia: "Diagnosis of the present situation with identification of priorities development". Penelitian ini menyimpulkan bahwa program radio dan televisi pendidikan merupakan bagian integral dari pengembangan materi dan kurikulum pendidikan, oleh karena itu harus diberi prioritas. Selanjutnya dari hasil penelitian "Alternative Strategis for Primary Education in Indonesia; A Cost of Effectiveness Analysis” Jamison melaporkan bahwa dengan satuan biaya tetap perbaikan sistem pendididkan dasar dapat dilakukan dengan media radio dalam memperbesar ratio guru murid.

Berdasarkan laporan hasil penelitian tersebut Lembaga Media Pendidikan BPP (Badan Pengembangan Pendidikan) KementerianPendidikan dan Kebudayaan mengadakan seminar tentang "Educational Broadcasting" tanggal 27 Desember 1971 s. d. 15 Januari 1972 di Bogor.

Seminar tersebut memberikan rekomendasi perlu diadakannya eksperimen siaran radio pendidikan. Berdasarkan rekomendasi tersebut selama tahun 1972 diadakan berbagai kegiatan untuk mempersiapkan pelaksanaan eksperimen siaran radio pendidikan melalui Proyek Perintis Siaran Radio Pendidikan. Dalam tahap persiapan ini BPP dengan UNESCO memberikan tugas kepada :

· INSCORE (Institut for Social and Communication Research) mengadakan penelitian tentang pengaruh dari siaran radio pendidikan

· Lembaga Penelitian Telekomunikasi Radio dan Microwave Institute Teknologi Bandung (ITB) mengadakan studi tentang spesifikasi dan disain pesawat penerima radio untuk siaran radio pendidikan.

· Lembaga Manajemen Universitas Indonesia (UI) mengadakan penelitian tentang Pengelolaan Siaran Radio Pendidikan.

Pada tahun 1973 dimulailah eksperimen Siaran Radio Pendidikan di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil evaluasi yang dilakukan IKIP Semarang terhadap eksperimen ini pada tahun 1974 cukup menggembirakan. Pada tahun itu juga BPP yang kemudian menjadi Balitbang Dikbud mengajukan usulan secara resmi kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk membentuk unit TKPK (Teknologi Komunikasi untuk Pendidikan dan Kebudayaan). Berdasarkan usulan tersebut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 31 Juli 1976 membentuk Tim Penyelenggara TKPK yang terdiri atas SPTN (Satuan Tugas Pelaksana TKPK Nasional ) di Jakarta, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya serta SPTD (Satuan Tugas Pelaksana TKPK Daerah) di 11 propinsi dan Perintis Teknologi Komunikasi Pendidikan Luar Sekolah (TKPLS) di di 9 Kabupaten dan 3 propinsi.

Pada tahun 1978 Tim TKPK dengan SPTN dan SPTD nya serta Perintis TKPLS ditetapkan oleh Presiden menjadi Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan ketetapan tersebut maka pada bulan Juli 1979 Tim Penyelenggara TKPK dikukuhkan Pusat Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan. SPTN Jakarta dihapuskan, SPTN Semarang dan Yogyakarta menjadi Balai Produksi Media Radio (BPMR). SPTN Surabaya menjadi Balai Produksi Media Televisi (BPM-TV). Bersamaan dengan itu SPTD di 11 propinsi dan perintis TKPLS di 3 propinsi berubah menjadi Sanggar Teknologi Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan (Sanggar Tekkom) di 14 propinsi. Keempat belas Sanggar tersebut berada di Jayapura (IrianJaya), Ambon (Maluku), Kupang (NTT),Mataram (NTB), Samarinda (Kaltim), Palangkaraya (Kalteng), Pontianak (Kalbar), Surabaya (Jatim), Semarang (Jateng), Yogyakarta DIY), Bandung (Jabar).Ujung Pandang (Sulsel), Palu (Sulawesi Tengah), dan Kendari (Sulawesi Tenggara) Pada tanggal 29 Desember 1995 Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) menyetujui pembentukan 7 sanggar baru.

Berdasarkan persetujuan tersebut, pada tanggal 5 Februari 1996 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengukuhkan berdirinya 7 Sanggar baru masing-masing di propinsi Daerah Istimewa Aceh di Banda Aceh, Riau di Pakanbaru, Sumatera Barat di Padang, Jambi di Jambi, Sumatera Selatan di Palembang, Kalimantan Selatan di Banjarmasin dan Timor Timur di Dilli. Dengan lepasnya Timor Timur dari pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tahun 1999 maka Sanggar Tekkom di Dilli secara otomatis hapus, sehingga dengan demikian jumlah Sanggar Tekkom tinggal 20 buah saja.

Merespon perkembangan dibidang teknologi komunikasi dan informasi dan didasari oleh pelaksanaan otonomi daerah, sejak awal tahun 2000 PUSTEKKOM mengalami reorganisasi. Namanyapun berubah menjadi Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan. Setelah melewati masa masa transisi, mulai akhir 2001 reorganisasi PUSTEKKOM selesai.

Mulai dengan saat itu Sanggar-sanggar yang semula merupakan unit pelaksana teknis PUSTEKKOM di daerah berubah menjadi unit pelaksana teknis daerah dengan nama dan struktur organisasi yang beragam setingkat eselon tiga. Kini PUSTEKKOM tinggal memiliki 3 unit pelaksana teknis yaitu Balai Pengembangan Media Radio di Yogyakarta, Balai Pengembangan Multimedia di Semarang dan Balai Pengembangan Media Televisi di Surabaya.

3. Perkembangan Sistem Televisi

Sistem Televisi Kabel

Sering sekali kita mendengar orang menyebut soal TV kabel. Apa bedanya dengan TV nonkabel? Siaran televisi (TV) kabel memang sudah menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, hal itu masih jadi konsumsi yang cukup mahal. Dengan kondisi: jumlah operator sedikit, hanya terdapat di beberapa kota besar (seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya), serta jumlah pelanggan terbatas di masyarakat kelas atas. Sebenarnya, seperti apa sih TV kabel itu? Sesuai dengan namanya, kabel merupakan media penghubung antara operator siaran TV dan pelanggan. Sistem TV kabel yang pertama (dibuat pada tahun 1948) menggunakan kabel jenis twin lead. Kabel ini berbentuk pita seperti yang dipasang pada TV hitam putih. Sistem berikutnya (dibuat tahun 1950) telah menggunakan kabel coaxial. Kabel coaxial tersusun dari konduktor dalam yang diselimuti isolator dan konduktor luar, seperti yang dipasang antara antena dan pesawat TV zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, dimanfaatkan juga jaringan microwave, satelit, dan kabel serat optik.

Perjalanan TV kabel

Sebenarnya TV kabel pertama dibangun untuk mengatasi kesulitan menerima siaran televisi yang dialami oleh daerah dengan penerimaan sinyal buruk. Biasanya sebuah antena dipasang di menara yang terletak di puncak gunung atau tempat-tempat tinggi lain di daerah itu. Kemudian, kabel digunakan untuk menghubungkan antena dengan pesawat TV di beberapa rumah sekitarnya.

Tahun 1948, Ed Parson yang tinggal di Astoria, Oregon, membuat sistem community antenna television (CATV) dengan media kabel twin-lead dan dipasang dari satu atap rumah ke atap rumah lain. Sementara itu, pada tahun 1950, Bob Tarlton membangun sistemnya di Lansford, Pennsylvania, dengan menggunakan kabel coaxial yang dipasang pada tiang. Ia mendapat hak monopoli di kotanya dan menyiarkan tiga saluran bagi pelanggannya. Ternyata kesulitan penerimaan siaran televisi tidak hanya terjadi di daerah-daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota yang penuh dengan gedunggedung tinggi. Karena itu, TV kabel juga berkembang di daerah perkotaan. Selain itu, semakin lama tidak hanya sekadar menjadi sambungan ekstensi

dari siaran TV lokal saja, tapi sudah mampu memberikan layanan yang dapat menyaingi siaran TV lain. Melihat perkembangan itu, Federal Communication Commision (FCC) membuat batasan bagi TV kabel untuk menerima siaran televisi jarak jauh. Pada awal tahun 1970, FCC memperkuat kebijakan tadi dengan membuat undang-undang yang membatasi kemampuan operator TV kabel dalam menyiarkan: film, sekilas peristiwa, dan lain-lain. Akan tetapi, pada tahun 1972 dikeluarkan kebijakan deregulasi bertahap untuk TV kabel. Akibatnya, aturan-aturan semakin diperlonggar. Hal itu membangkitkan industri pembuat kelengkapan televisi kabel di tingkat lokal dan federal. Dengan demikian, terjadilah pertumbuhan layanan siaran dan penambahan pelanggan. Penggunaan teknologi microwave, komunikasi satelit, dan kabel serat optik sebagai media tambahan juga meningkatkan pertumbuhan layanan. Selain itu, diperoleh pula peningkatan saluran dengan cara kompresi data video digital.

Di Indonesia sendiri TV kabel muncul pada awal tahun 1990-an. Saat ini sedikitnya ada tiga operator yang masih terpaku untuk melayani kalangan tertentu di beberapa kota besar. Biaya penyambungan dan langganan yang tinggi membuat belum banyak orang berminat menjadi pelanggan. Belum lagi jumlah stasiun televisi yang tampaknya masih dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat kita. Apalagi dengan munculnya TV-TV local yang menambah semarak ragam siaran.

Diagram sistem TV kabel dari headend ke pelanggan ditunjukkan dalam gambar. Headend adalah sumber dari sinyal yang dipancarkan ke sistem kabel. Headend tidak hanya menerima sinyal siaran lokal untuk dipancarkan saja, tetapi juga dapat menerima sinyal-sinyal: siaran dari kota yang jauh, siaran dari satelit, dan dari gelombang microwave. Karena itu, headend dilengkapi dengan perangkat penunjang, seperti menara dan berbagai jenis antena, termasuk antena parabola, untuk menerima siaran dari satelit. Selain itu, headend bisa mempunyai program siaran sendiri sehingga membutuhkan studio yang memadai untuk menghasilkan program siarannya. Untuk aplikasi ini, headend dapat mengatur sendiri waktu dan saluran yang diperlukan. Adapun waktu dan saluran untuk community access biasanya dipercayakan kepada franchise lokal. Pada umumnya sistem TV kabel tidak dapat melakukan editing kontrol terhadap kualitas atau isi program-program community access.

Sistem kabel terdiri atas dua bagian, yaitu sistem trunk dan system distribusi. Sistem trunk berfungsi untuk mengirim sinyal ke kelompokkelompok pelanggan. Perangkat-perangkat dalam sistem trunk adalah kabel trunk dan trunk amplifier. Trunk amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal yang melemah akibat panjangnya kabel. Ia dipasang pada tiap jarak tertentu. Jumlah amplifier yang dipasang pada kabel dibatasi oleh nilai noise dan distorsi pada amplifier bersangkutan. Kabel yang bermutu baik akan mengurangi jumlah amplifier untuk panjang kabel yang sama. Sistem distribusi berfungsi untuk mendistribusikan sinyal ke tiap-tiap rumah dalam satu kelompok pelanggan. Antara sistem trunk dan system distribusi dipasang interface yang disebut bridger amplifier. Perangkat pendukung sistem distribusi adalah kabel distribusi, line extender amplifier, dan tap. Fungsi line extender amplifier pada sistem distribusi serupa dengan fungsi trunk amplifier pada sistem trunk. Tap berfungsi sebagai titik pengambilan sinyal atau percabangan untuk kabel drop yang dihubungkan dengan perangkat pada pelanggan. Berbeda dengan kabel distribusi yang berstruktur kaku, kabel drop mempunyai struktur yang fleksibel/lentur.

Di rumah pelanggan, keluaran kabel drop dihubungkan dengan TV atau VCR (video cassete recorder). Tetapi, jika TV atau VCR pelanggan tidak dapat menemukan seluruh kanal yang ada (karena VCR tidak kompatibel dengan sistem kabel), diperlukan converter yang berfungsi sebagai interface/penerjemah antara TV dan sistem kabel. Biasanya, converter telah disediakan oleh operator TV kabel. Jika sinyal siaran yang dikirim oleh headend melalui proses pengacakan (scrambling), pada converter harus dipasang descrambler.

Pita frekuensi dan kanal

Pita frekuensi sinyal operasi TV kabel relatif lebar, berkisar 50 MHz sampai dengan 450 MHz, bahkan hingga 1 GHz. Pita frekuensi selebar itu dibagi menjadi banyak kanal. Lebar tiap kanal disesuaikan dengan lebar pita video standar yang sebesar 4,2 MHz. Semakin banyak kanal yang digunakan, semakin lebar pula pita frekuensi yang diperlukan. Kanal-kanal ini dikirim secara serentak lewat kabel. Masalahnya, walaupun sistem TV kabel mempunyai pita frekuensi yang lebar, pesawat TV yang digunakan tidak seperti itu. Karenanya, system ini menyediakan beberapa kanal (umumnya kanal 2,3,4,5) sebagai kanal rujukan bagi pesawat TV atau VCR. Di kanal itu pesawat TV berfungsi sebagai monitor dan pemilihan siaran dilakukan dengan mengatur tuner/penala pada converter.

Perkembangan system

Munculnya teknologi-teknologi terbaru dan meningkatnya kebutuhan penganekaragaman manfaat sistem TV kabel menyebabkan sistem ini berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangannya terjadi pada perangkat keras maupun lunak. Di antaranya adalah penggunaan gelombang microwave, jika menara penerima siaran jarak jauh terletak jauh dari headend. Jika pemasangan kabel trunk atau distribusi sulit dilakukan atau mahal, maka gelombang microwave dapat digunakan sebagai pengganti. Munculnya kabel serat optik, yang dapat dipakai pada sistem trunk maupun distribusi, menghasilkan sinyal siaran yang lebih baik karena tahan terhadap gangguan cuaca atau interferensi dari gelombang radio lain.

Penggunaan kabel serat optik juga mengurangi jumlah amplifier yang digunakan karena kabel serat optik mempunyai nilai rugi kabel yang rendah. Diterapkannya sistem digital pada perangkat-perangkat siaran maupun pesawat TV juga menimbulkan banyak perubahan. Teknik kompresi video digital membuat kapasitas sistem menjadi lebih tinggi sehingga memperbanyak jumlah kanal. Teknik-teknik Forward Error Correction (FEC) yang dapat memperbaiki kesalahan data akibat noise juga dimanfaatkan untuk mendapatkan laju transmisi yang lebih tinggi.

Yang cukup baru adalah pemanfaatan sistem kabel untuk Internet. Aplikasi ini bisa terjadi jika headend menambah fungsinya sebagai gateway Internet. Headend juga menjadi server untuk layanan web, e-mail, dan enews. Untuk itu, sistem kabel harus menyediakan kanal dua arah bagi pengiriman dan penerimaan data dengan sistem LAN (Local Area Network). Pengembangan-pengembangan lain sudah tentu harus terus dilakukan, mengingat banyak pesaing yang selalu berusaha menjadi "one stop server/operator" yang dapat memenuhi segala kebutuhan komunikasi sekaligus hiburan bagi pelanggannya. Persaingan bisa muncul dari system ponsel dengan TV selulernya yang lebih mobile atau saluran telepon tetap yang dapat dikembangkan menjadi pembawa sinyal siaran video. Dengan kelebihan-kelebihannya, sistem-sistem ini pastilah menjadi pesaing kuat bagi TV kabel.

BAB III

PEMBAHASAN

1. Komponen kotak televisi

Secara umum cara kerja kotak TV berawal dari antena yang menerima input frekuensi radio (RF) berupa frekuensi VHF dan UHF yang kerjanya diatur oleh tuner dan pencari gelombang, selanjutnya sinyal diolah dan dipisahkan antara gambar dan suara, sementara gambar diolah oleh tabung katode dan diteruskan ke layar, sinyal suara diproses untuk dipecah menjadi stereo, untuk kemudian diumpan ke penguat akhir dan speaker.

Perangkat output gambar televisi saat ini menggunakan berbagai teknologi penampil seperti CRT, LCD, Plasma, DLP, maupun OLED. Sedangkan untuk terminal input tambahan bagi piranti keras lain, unit televisi juga dilengkapi dangan terminal input untuk DVD player, konsol permainan video dan alat pendengar personal. Terminal input lain yang juga kerap dijumpai termasuk RCA, mini-DIN, HDMI, SCART, dan D-terminal. Ada juga yang dilengkapi input untuk perekaman suara dan gambar dari acara TV. Sebagian unit TV mewah dilengkapi dengan port Ethernet untuk menerima data dari Internet, seperti nilai saham, cuaca, ataupun berita. Seluruh unit TV yang diproduksi sejak awal 1980-an juga dilengkapi dengan remote control inframerah untuk mengontrol saluran siaran, suara, kecerahan, kontras, warna, dll.

Terminal televise untuk penyaluran signal-signal gambar

Terminal adalah suatu electrical interface antara suatu saluran dengan sumber berita, meskipun interface ini tidak memproduksi signal-signal itu sendiri.
Terminal yang tergantung dari signal yang akan disalurkan untuk dikirimkan adalah sebagai berikut:

1. Terminal untul penyaluran signal-signal suara, yaitu radio penerima dan Telepon.

2. Terminal untuk penyaluran signal-signal tulisan, yaitu telegrafi dan teleprinter

3. Terminal untuk penyaluran signal-signal gambar, yaitu facsimile televise

4. Terminal untuk penyaluran signal-signal data, yaitu modem

Prinsip dasar dari facsimile kemudian dikembangkan menjadi prinsip dasar dari televi televise. Bedanya ialah pada televise gambar yang dikirimkan adalah gambar bergerak.

Untuk menimbulkan kesan “gambar hidup”, maka diperlukan pergantian gambar sebanyak 25 gambar perdetik detik. Jadi satu gambar mempunyai waktu diperlihatkan selama 1/25 detik. Pada televise sinkronisasi juga sangat penting untuk mensinkronisasikan waktu kecepatan dan fasa dari perabaan.

Komponen dasar pemancar dan penerima televise

- Blok diagram dari pemancar televisi :

Pulsa-pulsa sinkronisasi yang diberikan ke sinyal gambar (video) juga diperlukan untuk dasar waktu bagi proses perabaan yang dipakai pada camera.
Dua buah gelombang pembawa berfrekwensi radio (radio frequency carrier), dipergunakan untuk dimodulasikan oleh sinyal suara dan untuk dimodulasikan oleh sinyal gambar. Kedua gelombang pembawa yang sudah dimodulasikan ini kemudian disatukan sebelum dipancarkan lewat antena pemancar.

- Blok diagram dari penerima televisi :

Filter dan amplifier disambungkan dengan antena yang merupakan tuned circuityang gunanya untuk memilihchannel pemancar yang dibutuhkan.
Sinyal radio frekwensi diproses didalam demodulator yang terdiri dari tiga macam sinyal yaitu:

o Sinyal suara yang kemudian diperkuat dan disalurkan ke loudspeaker.

o Sinyal gambar, yang sesuai dengan output dari camera, yang dipergunakan untuk mengendalikan arus pada electron beam dari cathode ray tube (CRT)

o Pulsa-pulsa sinkronisasi yang dipisahkan dari sinyal gambar dan dipergunakan untuk mengendalikan oscilator yang berhubungan dengan proses perabaan.

2. Komponen-Komponen Dasar Televisi Berwarna dan Tanpa Warna

Sebelum kita mempelajari prinsip kerja penerima TV, ada baiknya mengetahui sedikit tentang perjalanan objek gambar yang biasa kita lihat dilayar TV. Gambar yang kita lihat adalah hasil produksi dari sebuah kamera. Objek gambar yang ditangkap lensa kamera akan dipisahkan menjadi 3 warna primer yaitu merah (Red), hijau (Green) dan biru (Blue). Hasil tersebut akan dipancarkan oleh pemancar TV(Transmitter) berupa sinyal cromynance, sinyal luminance dan syncronisasi.

1. DIAGRAM BLOK PENERIMA TV

Gambar 1. Diagram Blok Penerima TV Hitam Putih

   

clip_image008

Gambar 2. Diagram Blok Penerima TV Berwarna

   

clip_image010

Selain gambar, pemancar televisi juga membawa sinyal suara yang ditransmisikan bersama sinyal gambar. Gambar dipancarkan dengan system amplitudo modulasi (AM), sedangkan suara dengan system frekuensi modulasi (FM). Kedua system ini digunakan untuk menghindari derau (noise) dan interferensi.

clip_image012

Gambar 3. Distribusi Objek Ke Televisi

2. SALURAN DAN STANDAR PEMANCAR TV

Kelompok frekuensi yang ditetapkan untuk transmisi sinyal disebut saluran (channel). Masing-masing mempunyai sebuah saluran 6 MHz dalam salah satu bidang frekuensi (band) yang dialokasikan untuk penyiaran TV komersial yaitu:

a) VHF bidang frekuensi rendah saluran 2 sampai 6 (54 – 88 MHz)

b) VHF bidang frekuensi tinggi saluran 7 sampai 13 (174 – 216 MHz).

c) UHF saluran 14 sampai 83 (470 – 890 MHz)

Ada 3 sistem pemancar TV yaitu sebagai berikut:

a) National Television System Committee (NTSC) digunakan USA

b) Phases Alternating Line (PAL) digunakan Inggris

c) Sequential Couleur a’Memorie (SECAM) digunakan Prancis

Sedangkan Indonesia sendiri menggunakan system PAL B. Hal yang membedakan system tersebut adalah format gambar, jarak frekuensi pembawa gambar dan pembawa suara.

3. PRINSIP KERJA PENERIMA TV

Model dan jenisnya blok rangkaian TV bermacam-macam, tergantung pada merek TV yang digunakan.

Secara garis besar blok tersebut memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut:

a) Antena Televisi

Antena TV menangkap sinyal-sinyal RF dari pemancar televisi. Antena diklasifikasikan berdasarkan konstruksinya ada 3 yaitu:

1) Antena Yagi

2) Antena Perioda Logaritmis

3) Antena Lup

Klasifikasi lain berdasarkan jalur frekuensi gelombang yang diterima adalah:

1) Kanal VHF Rendah

clip_image014

2) Kanal VHF Tinggi clip_image015

3) Kanal UHF clip_image016

Antena Perioda Logaritmis

clip_image018

Antena Lup (Loop)

clip_image020


b) Rangkaian Penala (Tuner)

Rangkaian ini terdiri dari penguat frekuensi tinggi (penguat HF), pencampur (Mixer) dan osilator local. Rangkaian penala berfungsi untuk menerima sinyal TV yang masuk dan mengubahnya menjadi sinyal frekuensi IF.

clip_image022

Gambar 8. Tuner

c) Rangkaian Penguat IF (Intermediate Frequency)

Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal hingga 1000 kali. Sinyal ouput yang dihasilkan penala (Tuner)  merupakan sinyal yang lemah dan sangat tergantung pada jarak pemancar, posisi penerima dan bentangan alam. Lingkaran merah menunjukkan rangkaian IF yang sebagian berada didalam tuner.

   

clip_image024

Gambar 9. Penguat IF

d) Rangkaian Detektor Video

Berfungsi sebagai pendeteksi sinyal video komposit yang keluar dari penguat IF gambar. Selain itu juga berfungsi untuk meredam sinyal suara yang akan mengakibatkan buruknya kualitas gambar

e) Rangkaian Penguat Video

Rangkaian ini berfungsi sebagai penguat sinyal luminan yangberasal dari detector video sehingga dapat menjalankan tabung gambar atau CRT (Catode Ray Tube)

f) Rangkaian AGC (Automatic Gain Control)

Rangkaian AGC berfungsi menstabilkan sendiri input sinyal televisi yang berubah-ubah sehingga output yang dihasilkan menjadi konstan. Lingkaran merah menunjukkan komponen AGC yang berada didalam sebagian IC dan sebagian tuner

clip_image026

Gambar 10. Rangkaian AGC

g) Rangkaian Penstabil Penerima Gelombang TV.

Rangkaian penstabil penerima gelombang TV diantaranya adalah AGC dan AFT. Automatic Fine Tuning berfungsi mengatur frekuensi pembawa gambar dari penguat IF secara otomatis

h) Rangkaian Defleksi Sinkronisasi

Rangkaian ini terdiri dari empat blok yaitu: rangkaian sinkronisasi, rangkaian defleksi vertical, rangkaian defleksi horizontal dan rangkaian pembangkit tegangan tinggi.

clip_image028

Gambar 11. Rangkaian Defleksi Vertical

clip_image030

Gambar 12. Rangkaian Defleksi Horizontal

i) Rangkaian Suara

Suara yang kita dengar adalah hasil kerja dari rangkaian ini, sinyal pembawa IF suara akan dideteksi oleh modulator frekuensi (FM). Sebelumnya, sinyal ini dipisahkan dari sinyal pembawa gambar :waaah

j) Rangkaian Catu Daya (Power Supply)

   

clip_image032

Gambar 14.Rangkaian Catu Daya

Berfungsi untuk mengubah arus AC menjadi DC yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh rangkaian.

Pada gambar, rangkaian catu daya dibatasi oleh garis putih dan kotak merah. Daerah di dalam garis putih adalah rangkaian input yang merupakan daerah tegangan tinggi (Live Area). Sementara itu, daerah dalam kotak merah adalah output catu daya yang selanjutnya mendistribusikan tegangan DC ke seluruh rangkaian TV

k) Penguat Krominan

Penguat ini menguatkan frekuensi 4,43 MHz untuk sinyal krominan yang termodulasi dalam sinyal V (sinyal R-Y) dan sinyal U (sinyal B-Y). Lebar jalur penguat 2 MHz

l) Sinkronisasi Warna

Didalam rangkaian sincronisasi warna, sinyal burst sinkronisasi warna dikeluarkan dari sinyal video warna komposit

m) Automatic Color Control (ACC)

Jika amplitudo sinyal ledakan naik, maka ACC mengeluarkan suatu tegangan kemudi yang memperkecil penguatan didalam bagian warna

n) Color Killer (Pemati Warna)

Rangkaian ini berguna untuk menindas penguat warna, apabila sedang tak ada sinyal krominan masuk. Ini terjadi pada waktu penerimaan sinyal hitam-putih

o) Rangkaian Switching Fasa 180 (Pembelah Warna)

Dari penguat krominan, sinyal diumpankan ke colour. Splitter (pembelah warna). Pembelah warna ini memisahkan sinyal yang termodulasi dengan sinyal V dari sinyal yang termodulasi dengan sinyal U. Pembelah warna terdiri dari saklar PAL dan beberapa resistor. Pada akhir setiap garis, selama ditariknya garis PAL maka sinyal V diputar 180 . Sinyal U tidak mengalami putaran fasa

p) Demodulasi Warna

Dengan mempergunakan demodulator warna, maka sinyal-sinyal perbedaan warna di demodulasikan dari sinyal U dan V. Karena pada pemancar, sinyal-sinyal itu dimodulasikan dengan system pembawa suppressed/dihilangkan dan hanya kedua sub pembawa jalur samping (side band sub carier) yang ada. Agar  dapat mendemodulasikannya menjadi sinyal pembawa warna yang asli kembali, maka diperlukan sub pembawa 4,43 MHz dengan fasa dan frekuensi yang tepat sama seperti pada pemancar.

3. Pokok-pokok Dari Televisi

3.1 Dasar- Dasar Transmisi Dari Penerimaan Gambar-Gambar

Kita kenal dua metode untuk menyalurkan kebesaran-kebesaran listrik yang mengandung gambar-gambar : metode parallel dan metode seri. Metode paralel melaksanakan pemindahan itu dengan jalan memberikan saluran-saluran terpisah untuk tiap titik dari gambar-gambar seperti terlihat pada gambar 8.1(a). Metode ini dipakai pada permulaan perioda televisi.

Metode seri dipakai dalam sistem televisi sekarang. Metode ini memindahkan gambar – gambar dengan jalan membagi gambar dalam beberapa garis horizontal dan garis-garis ini diraba secara listrik. Titik-titik bercahaya pada garis-garis tersebut diambil secara berturut-turut seperti terlihat pada gambar 8.1(b)

clip_image034

Jika periode yang dibutuhkan untuk membagi gambar-gambar sangat pendek, gambar-gambar yang berikutan dapat diperoleh tanpa menimbulkan kerlip disebabkan oleh kelembaban penglihatan dari mata kita.

2.2 Perabaan (Scanning)

Karena metode sering dilaksanakan dengan mengubah gambar gambar yang berdimensi dua kebesaran-kebesaran listrik yang berubah dengan waktu, maka proses tersebut disebut dengan perabaan, dan garis garis horizontal disebut garis –garis perabaan (scanning lines). Banyaknya gambar yang diraba dalam satu detik disebut sekian banyak gambar perdetik. Jika jumlah garis perabaan diperbanyak, gambar yang diperoleh akan lebih jelas dan lebih banyak gambar perdetik. Jika jumlah garis perabaan diperkecil, maka akan timbul peristiwa kerlip pada gambar. Komponen yang paling halus dari tiap titik dari sebuah gambar disebut unsur (elemen) gambar yang ukurannya merupakan sebuah segi empat yang mempunyai lebar dari garis perabaan. Jumlah unsur-unsur gambar yang terdapat dalam sebuah gambar

dinyatakan dengan :

clip_image036

Dimana

b : lebar dari pada gambar

h : tinggi dari pada gambar

n : jumlah dari garis perabaan

Angka N ini menunjukkan derajat kejelasan (clearness). Metode perabaannya ialah meraba secara berturut-turut gambar yang akan dikirim, dimulai dari sudut kiri atas dari gambar, bergerak mendatar dari kiri ke kanan dan kemudian bergerak vertikal dari garis-garis atas ke bawah sampai semua permukaan dari gambar diraba. Frekwensi dari perabaan untuk kedua arah dinyatakan sebagai berikut :

Frekwensi perabaan vertikal (fc) = jumlah dari perabaan gambar dalam satu detik.

Frekwensi perabaan horizontal (fh) = jumlah dari pada frekwensi perabaan gambar x

jumlah dari garis perabaan.

Untuk sistem NTSC jumlah dari garis perabaan adalah 525 dan jumlah dari pada perabaan gambar dalam satu detik sama dengan 30. perabaan dilakukan baik untuk arah vertical maupun horizontal dilakukan oleh gelombang berbentuk gigi gergaji.

clip_image038

Gambar 2.2 Gelombang gigi gergaji untuk perabaan

Antara a dan b pada gambar diatas diraba dengan kecepatan tertentu dan antara b dan c perabaan secara cepat bergerak kembali ke kiri atas dari garis perabaan berikutnya. Periode antara a dan b disebut periode perabaan sedang, sedangkan periode b dan c disebut periode menjejak kembali (retrace period).

3.2 Perabaan di Antara

Proses perabaan yang dipakai unbtuk televisi tidak selesai dengan perabaan pertama dari garis atas ke garis bawah pada permukaan gambar. Proses perabaan pertama dilakukan secara kasar untuk tiap-tiap garis yang berbeda (periode ini disebut satu bidang), kemudian perabaan kedua dilakukan dari bagian atas, diantara garis perabaan yang tidak diraba, kebagian bawah, kemudian perabaan itu selesai (periode ini disebut satu bingkai. Proses perabaan secara berganda tersebut diatas dinamakan perabaan diantara. Perabaan diantara mempunyai keuntungan mengurangi jalur frekwensi ( frequency band) yang ditempati oleh signal video menjadi setengah tanpa mengurangi kualitas gambar. Sebaliknya, jira jalur frekwensi dari signal video tidak berubah, maka kelip gambar akan dikurangi menjadi setengah.

2.4 Signal Video

Bentuk dari signal video yang dihasilkan dari perabaan diperlihatkan pada gambar 8.3 jarak antara a dan b menyatakan periode perabaan, dan ini adalah kebesaran yang dibutuhkan menyatakan derajat dari pada kilaunya (luminosity). Jarak antara b dan c menyatakan periode untuk penjajakan kembali (retracing) dan ini merupakan kebesaran yang tidak diperlukan untuk reproduksi gambar. Oleh sebab itu kebesaran ini dibuang/dipotong dan disebut signal penggelapan (blanking signal). Signal ini ditempatkan pada nilai hitam selama periode ini.

clip_image040

Gambar 8.1.4 Bentuk gelombang dari signal video

2.5 Signal Sinkronisasi

Signal sinkronisasi dikirim bersama-sama signal video dengan maksud untuk pengaturan kecepatan dan fase perabaan, untuk pelaksanaan perabaan diantara yang mantap antara pengiriman dan penerimaan. Signal sinkronisasi horizontal diperuntukkan perabaan horizontal dan signal sinkronisasi vertikal diperuntukkan perabaan vertical. Kedua signal sinkronisasi tersebut disisipkan dalam periode penggelapan dan berbentuk segi empat dengan warna yang lebih hitam dari nilai hitam.

3 Rantai Pengulang (Relaying Link)Dari Signal Televisi

Signal televisi yang dibangkitkan di stasiun broadcast melalui kamar pengawasnya diteruskan ke stasiun-stasiun broadcast setempat lewat saluran pengulang. Pada umumnya saluran microwave dipakai untuk keperluan pengulang itu dan hubungan-hubungannya dapat dilihat pada gambar 8.2.1.

clip_image042

Stasiun terminal microwave didapati pada jarak 300-500 km antara kota-kota besar dan stasiun-stasiun ini dihubungkan dengan stasiun-stasiun broadcast televisi dalam kota melalui rantai televise yang pendek.Rantai televisi ini merupakan pintu keluar dari program televisi.Banyak stasiunstasiun cabang (brhanching stasions) terdapat pada saluran pengulang dan disini program-program dipilih,program-program mana melalui rantai televise yang pendek diteruskan ke stasiun-stasiun televisi setempat.Pada umumnya stasiun-stasiun setempat menyiarkan program-program yang dihimpun pada stasiun-stasiun kunci (key stations) yang terdapat dikota-kota besar.Karena dari stasiun-stasiun lokal tidak ada kemungkinan untuk mengirimkan programnya ke stasiun lain,maka peranan dari stasiun-stasiun cabang adalah untuk membagikan program saja dan oleh karena itu tidak diperlengkapi dengan alat yang dapat memasukkan program.Tiap stasiun terminal microwave dan stasiun cabang mempunyai alat penyambung (switching equipment)dan dengan alat ini program-program yang dikehendaki dapat dipilih,program-program mana kemudian diteruskan kerantai yang menghendaki dengan cara yang sama seperti pada kantor telepon.

Signal televise yang berasal dari stasiun broadcast dikirim kestasiunstasiun

terminal microwave melalui rantai pengulang yang pendek,dimana proses modulasi dilksanakan menjadi signal-signal FM oleh alat terminal FM dan setelah dimodulasi kembali menjadi signal-signal FM yang lain,signalsignal tersebut diteruskan ke stasiun-stasiun cabang melalui cabang melalui jalur microwave yang lain atau dikirim ke stasiun-stasiun terminal microwave yang lain dan seterusnya.Perlu dicatat bahwa hanya jalur frekwensi penengah (intermediate) yang dicabangkan distasiun cabang dan signalsignal televise ini dimodulasi menjadi signal FM oleh alat terminal FM nya.

4. Televisi berwarna

Sistem NTSC

NTSC (national television system committee) yang sistemnya dipakai di USA dan Jepang dipandang sebagai salah satu dari system-sistem standar yang tebaik untuk broadcast televise berwarna.

Sifat-sifat khusus dari sistem ini adalah sebagai berikut:

· sistem broadcast ini didapati pada pesawat-pesawat terima televisi tidak berwarna (monochrome)

· jika signal televisi monochrome diterima oleh pesawat terima televise berwarna, gambar monochrome dapat terlihat.

· jalur frekuensi yang dipakai oleh televisi berwarna sama dengan monochrome ialah 6 MHz dan lebarnya jalur tidak bertambah.

Sistem yang mempunyai sifat-sifat khusus seperti tersebut diatas disebut mempunyai sifat penyesuaian.

Jika diinginkan sistem televisi berwarna dimasukkan di temapat-tempat dimana sistem televisi monochrome telah ada, maka system penyesuaian dapat dikatakan sebagai salah satu kondisi yang diperlukan.

4.1 Pokok-pokok dari televisi berwarna

Teori warna mengakui bahwa semua warna dapat direproduksi dengan mencampur warna-warna dasar (primary colors): merah, biru dan hijau. Sebagai satu kenyataan ialah bahwa gambar berwarna dapat direproduksi dengan mencampur warna-warna dasar secara tepat. Televisi berwarna diwujudkan dengan jalan memisahkan benda yang akan ditelevisikan dipisahkan dalam tiga warna dasar merah, biru dan hijau dengan kaca pemisah tiga warna.

Setelah tiap warna, yang dipisahkan, dirubah menjadi sinyal-sinyal listrik, kemudian dikombinasikan oleh alat khusus dan dipancarkan ke udara. Sinyal-sinyal video yang berkombinasi itu diterima oleh pesawat penerima. Setelah tiap sinyal yang berwarna tiga diperoleh kembali dengan suatu alat listrik, kemudian dimasukkan ke tabung sinar katode, yang berwarna tiga maka gambar berwarna seperti yang aslinya terlihat pada layar tabung.

4.2 Sinyal Video TV Berwarna

Sinyal televisi berwarna dinyatakan sebagai jumlah dari sinyal terang dan sinyal warna. Karena sinyal terang sama seperti pada televisi tidak berwarna, komponen-komponen frekuensinya terbatas dalam 0 sampai 4 MHz. Sinyal warnanya dipasang pada subcarrier 3,58 MHz. Subcarrier ini amplitudonya dan fasanya dimodulasi sesuai dengan amplitudo dan fasa dari sinyal yang dimaksudkan. Ditinjau dari segi spektrum, sungguhpun sinyal warna jalur frekuensinya luas dengan pusatnya pada 3,58 MHz, tetapi komponen frekuensinya yang berada diatas 4 MHz. Mengenai sinyal corak warna, jalur frekuensinya amat sempit dibandingkan sinyal terang. Sebagai akibat dari penggabungan sinyal warna dengan sinyal terang kita dapati jalur frekuensi yang hampir lebih sempit dari 4 MHz. Sinyal warna terdapat dari hasil modulasi subcarrier 3,58 MHz dngan catatan kejenuhan warna oleh hasil modulasi amplitudonya dan corak warna oleh modulasi fasanya. Sinyal ”color burst” dipergunakan sebagai dasar untuk pengaturan fasanya (corak warna) pada pihak penerimaan dari sinyal televisi. Sinyal video yang terjadi, dikirim ke pemancar melalui rantai pengulang (relei), sesudah diatur dalam ruang subkontrol dan ruang kontrol utama. Proses ini sama seperti pada penyaluran televisi tidak berwarna.

Frekuensi dari carrier untuk sinyal audio (4,5 MHz lebih tinggi dari carrier untuk sinyal video) ditambahkan pada lebar jalur aturan televisi untuk pelaksanaan penyaluran sinyal audio secara modulasi frekuensi. Dengan demikian jumlah lebar jalur yang ditempati oleh televisi sampai 6 MHz. Proses selanjutnya seperti penggabungan sinyal video dengan sinyal audio pada pemancar, yang kemudian dipancarkan ke udara sebagai gelombang V.H.F atau U.H.F melalui antena, juga serupa pada televisi tidak berwarna.

4.3 Penerima

Penerima televisi berwarna menangkap gelombang dengan cara yang sama seperti pada televisi tidak berwarna. Sinyal yang diterima kemudian diperkuat dan dipisahkan menjadi sinyal suara dan sinyal video. Sinyal suara diteruskan ke loudspeaker sedangkan sinyal video berurusan dengan proses kebalikan dari kamera televisi. Sinyal terang dan sinyal warna diubah ke warna pokok yang aslinya oleh sirkit matrix dan kemudian diteruskan ke tabung sinar katode tiga warna. Tabung tiga warna mempunyai tiga senapan elektronik, yang memancarkan tiga sinar elektronik yang besar. Jika sinyal merah diterima, maka senjata merah digerakkan. Jika sebaliknya sinyal biru yang diterima maka senjata biru yang diaktifkan dan memancarkan sinar elektronik ke layar yang dapat bersinar (fluoroscent).

Di sebelah belakang dari permukaan yang dapat bersinar, didapati sebuah pelindung yang dibuat dari logam dan berlubang-lubang. Jumlah lubang ini sebanyak sepertiga dari jumlah bintik-bintik yang dapat bersinar. Jika sinar elektron yang dihamburkan dari tiga penyembur elektron, melalui lubang maka bintik yang bersangkutan yang dapat bersinar akan digetarkan. Arah dari tiga sinar elektron dikuasai oleh kumparan defleksi elektromagnetik dan sinar elektron merubah sepanjang permukaan dari layar yang dapat bercahaya dengan segera. Karena intensitas dari sinar elektron dikuasai oleh intensitas dari sinyal tiga warna, permukaan gambar, yang mempunyai warna aslinya akan terlihat pada layar.

4.4 Transmisi Dari Signal T.V. Berwarna

Syarat transmisi yang lebih berat diperlukan untuk transmisi signal T.V. berwarna dari pada T.V. tidak berwarna. Sebagai contoh dalam sirkit gelombang-mikro dibutuhkan 480 sikrit telepon untuk transmisi signal T.V. tidak berwarna, sedangkan T.V. berwarna memerlukan 980 sikrit telepon untuk mempertahankan signal sebaik mungkin. Karena T.V. Tidak berwarna maupun yang berwarna membutuhkan jalur frekwensi yang sama ialah 4 MHz, maka adalah perlu bagi T.V. berwarna untuk mengirim signal warna disamping signal terang. Seperti telah disebut dimuka signal warna dikirim dengan cara memodulasi amplitudo subcarrier 3,58 MHz untuk kejenuhan warna dan memodulasi phasanya untuk warna dasarnya. Amplitudo dan phasa yang memodulasikan harus dibuat tepat berimbang dengan signal-signal yang mengerjakan. Jika kondisi ini tidak ditaati secara tepat, maka warna dari gambar pihak penerima akan cacat.

Oleh sebab itu sirkit gelombang-mikro harus mempunyai linearitas dan sifat – sifat yang baik. Persyaratan ini juga kita perlukan jika menambah jumlah sirkit telepon.

BAB IV

PENUTUPAN

Kesimpulan

1) Terdapat dua metode untuk menyalurkan sinyal-sinyal listrik yang mengandung gambar yaitu metode paralel dan metode seri.

2) Karena metode sering dilaksanakan dengan mengubah gambar yang berdimensi dua ke sinyal listrik yang berubah terhadap waktu, maka proses ini disebut perabaan.

3) Pada sistem NTSC ada sifat-sifat khusus dari sistem ini yaitu: Sistem broadcast ini harus bisa diterima di televisi tidak berwarna Jika sinyal televisi tak berwarna harus dapat diterima oleh televisi berwarna dan gambar monochrome juga terlihat. Jalur frekuensi yang dipakai oleh televisi berwarna sama dengan monochrome yaitu 6 MHz dan jalur tidak bertambah.

4) Sistem modulasi ganda di pakai untuk siaran stereo, dengan membawa dua sinyal secara serentak pada satu saluran (chanel)

BAB V
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi

http://id.scribd.com/doc/32932444/SISTEM-KOMUNIKASI-TELEVISI#download

http://fajarabdillah98.blogspot.com/2011/10/terminal-komunikasi-dan-alat-komunikasi.html

http://jaringantelekomunikasidanmultimedia.blogspot.com/2012/06/makalah-saluran-telekomunikasi-dan.html

(Diakses 11 Juli 2013)